KEBIJAKAN FISKAL

Ditanya Soal Dilema Menkeu, Mahasiswa Singgung Ekstensifikasi Pajak

Redaksi DDTCNews | Senin, 26 Oktober 2020 | 14:15 WIB
Ditanya Soal Dilema Menkeu, Mahasiswa Singgung Ekstensifikasi Pajak

Suasana final kompetisi debat APBN Memanggil. (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi juri pada final kompetisi debat APBN Memanggil. Dia memberi pertanyaan kepada 3 tim yang bersaing.

Sri Mulyani bertanya kepada Tim A dari Universitas Indonesia (UI) mengenai dilema yang dihadapi pemerintah ketika penerimaan negara merosot akibat pandemi Covid-19, tetapi secara bersamaan kebutuhan belanja justru meningkat.

“Apakah kita akan meningkatkan belanja untuk membantu rakyat menangani kesehatan dan memulihkan ekonomi. Namun, pada saat yang sama pendapatan negara merosot. Jadi, pilihannya mau belanja nambah atau justru belanja turun karena pendapatan lagi turun?" tanyanya, Senin (26/10/2020).

Baca Juga:
Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Merespons pertanyaan Sri Mulyani, Tim A menjawab tetap akan meningkatkan belanja walaupun penerimaan negara mengalami tekanan. Belanja prioritasnya yakni kesehatan, pemulihan ekonomi nasional, dan bantuan sosial.

Namun, mereka juga menyarankan optimalisasi penerimaan negara melalui reformasi perpajakan. Menurut mereka, sistem pemungutan pajak perlu dibuat lebih efisien sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan pajak oleh negara. Tim A menyarankan ekstensifikasi dan diversifikasi pajak.

“Penerimaan pajak digital, pajak minuman manis, yang terkait sekali dengan sektor-sektor produktif, juga perlu diterapkan untuk mendukung program-program pemulihan ekonomi nasional. Ini karena fiscal stability juga penting dan perlu kita jaga guna mendukung stabilitas makroekonomi,” ujar salah satu perwakilan Tim A.

Baca Juga:
Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Sementara dari sisi pembiayaan, Tim A menyarankan Sri Mulyani memperbesar porsi utang dari investor dalam negeri, ketimbang luar negeri yang saat ini tercatat 38%.

Kepada 2 tim lainnya dari PKN STAN dan UI, Sri Mulyani menanyakan kebijakan yang akan ditempuh dalam menyalurkan bantuan ketika data belum lengkap serta upaya menjaga akuntabilitas penggunaan anggarannya.

Tim B dari PKN STAN menjawab belanja kesehatan harus segera dieksekusi. Penyaluran bantuan sosial juga perlu secepatnya dikucurkan untuk menyelamatkan ekonomi nasional. Mengenai data penerima bantuan yang belum terintegrasi, mereka meyakini perbaikan tetap dapat berjalan seiring dengan penyalurannya.

Baca Juga:
Ada Kenaikan Tarif PPN, DJP Tetap Optimalkan Penerimaan Tahun Depan

Sementara Tim C dari UI menyebut pelaksanaan APBN yang akuntabel menjadi tanggung jawab pemerintah hingga masyarakat. Menurut mereka, tata kelola yang baik dapat dilakukan oleh pemerintah, DPR RI, lembaga swadaya masyarakat, hingga masyarakat sipil. Masyarakat dapat memberikan pandangan yang konstruktif dalam perumusan kebijakan.

Sri Mulyani mengaku puas dengan jawaban para peserta debat. Menurutnya, pengalaman dalam kompetisi debat tersebut akan menjadi bekal penting jika para peserta menjadi menteri keuangan di masa datang.

"Hari ini kalian merasakan sedikit rasanya jadi menteri keuangan, dengan ditanya beberapa pertanyaan tadi. Suatu saat nanti, di antara kalian kalau menjadi menkeu, paling tidak, akan ingat," ujarnya. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:13 WIB KANWIL DJP JAKARTA KHUSUS

Jelang Tutup Tahun, Realisasi Pajak Kanwil Khusus Capai 95% Target

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Senin, 23 Desember 2024 | 17:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Ada Kenaikan Tarif PPN, DJP Tetap Optimalkan Penerimaan Tahun Depan

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?