SE 29/PJ/2020

Cara Mendapat Insentif PPh Pasal 21 Bagi yang Terlanjur Memotong Pajak

Nora Galuh Candra Asmarani | Minggu, 03 Mei 2020 | 14:36 WIB
Cara Mendapat Insentif PPh Pasal 21 Bagi yang Terlanjur Memotong Pajak

JAKARTA, DDTCNews—Perusahaan yang berhak mengajukan insentif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP) tetapi terlanjur melakukan pemotongan pajak dapat melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SE-29/PJ/2020 tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.03/2020.

Melalui SE tersebut, Ditjen Pajak menjabarkan tata cara sehubungan dengan pengajuan insentif PPh Pasal 21 DTP, termasuk untuk perusahaan yang terlanjur melakukan pemotongan pajak.

Baca Juga:
Banyak Tantangan, Insentif Fiskal Jadi Andalan untuk Jaga Pertumbuhan

“Dalam hal Pemberi Kerja memenuhi kriteria, tetapi telah melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diberikan kepada pegawai maka dapat melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21,” demikian kutipan bagian E angka 2 huruf (f).

Apabila pembetulan itu menyebabkan lebih bayar, maka ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama, jika terdapat PPh Pasal 21 terutang yang tidak diberikan insentif DTP, maka kelebihan pembayaran tersebut dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

Kedua, dalam hal PPh Pasal 21 terutang sepenuhnya dapat memperoleh insentif DTP maka dapat diajukan pemindahbukuan atas keseluruhan kelebihan pembayaran PPh Pasal 21.

Baca Juga:
Seluruh K/L Diminta Usulkan Revisi Belanja Paling Lambat 14 Februari

Pemindahbukuan juga dapat dilakukan atas selisih kelebihan pembayaran PPh Pasal 21 dalam hal PPh Pasal 21 terutang yang tidak diberikan insentif DTP lebih kecil dibandingkan dengan kelebihan pembayaran PPh Pasal 21 yang mendapatkan insentif PPh Pasal 21 DTP.

Selanjutnya, atas PPh Pasal 21 yang terlanjur dipotong oleh pemberi kerja dibayarkan kepada pegawai. Lebih lanjut, beleid ini kembali menekankan pegawai yang status SPT PPh Tahunan tahun pajak 2020 lebih bayar, maka kelebihan pembayaran yang berasal dari PPh Pasal 21 DTP tidak dapat dikembalikan.

“Dalam hal pegawai yang menerima insentif PPh Pasal 21 DTP menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2020 dan menyatakan kelebihan pembayaran maka kelebihan pembayaran yang berasal dari PPh Pasal 21 DTP tidak dapat dikembalikan,” sebut surat edaran itu.

Baca Juga:
Hal-Hal yang Bakal Diteliti saat WP Ajukan Pengembalian Pendahuluan

Adapun pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP diatur dalam PMK 23/2020 yang sudah diperbarui menjadi PMK 44/2020. Berdasarkan beleid tersebut PPh Pasal 21 DTP diberikan kepada pegawai yang menerima penghasilan bruto yang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp200 juta.

Insentif ini dapat diajukan oleh perusahaan yang termasuk dalam 1.062 klasifikasi lapangan usaha (KLU) yang ditetapkan, perusahaan KITE, atau memiliki izin untuk beroperasi di kawasan berikat dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis.

DJP juga telah menyediakan saluran pengajuan secara elektronik atau online. Pengajuan permohonan bisa dilakukan pada menu Layanan Info Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) yang ada di DJP Online. Simak artikel ‘Wah, Pengajuan Insentif Pajak Gaji Karyawan Bisa Lewat DJP Online’. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 31 Januari 2025 | 15:47 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Banyak Tantangan, Insentif Fiskal Jadi Andalan untuk Jaga Pertumbuhan

Jumat, 31 Januari 2025 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Kamis, 30 Januari 2025 | 17:55 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:51 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak

BERITA PILIHAN
Jumat, 31 Januari 2025 | 19:30 WIB KONSULTASI PAJAK    

DJP Bisa Tentukan Nilai Harta Berwujud, Ini yang Perlu Diperhatikan

Jumat, 31 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Pajak Minimum Global Bagi WP CbCR Bisa Dinolkan, Begini Kriterianya

Jumat, 31 Januari 2025 | 17:15 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Wah, Transaksi Intragrup Naik! Perlu Paham Transfer Pricing

Jumat, 31 Januari 2025 | 16:11 WIB CORETAX SYSTEM

Bermunculan Surat Teguran yang Tak Sesuai di Coretax? Jangan Khawatir!

Jumat, 31 Januari 2025 | 15:47 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Banyak Tantangan, Insentif Fiskal Jadi Andalan untuk Jaga Pertumbuhan

Jumat, 31 Januari 2025 | 15:31 WIB KEBIJAKAN PAJAK

WP Tax Holiday Terdampak Pajak Minimum Global, PPh Badan Turun Lagi?

Jumat, 31 Januari 2025 | 15:11 WIB KEBIJAKAN INVESTASI

Supertax Deduction Kurang Laku, Ternyata Banyak Investor Tak Tahu

Jumat, 31 Januari 2025 | 14:30 WIB PROVINSI JAWA BARAT

Demi Kejar Pajak, Dinas ESDM Petakan Ulang Sumur Air Tanah di Daerah

Jumat, 31 Januari 2025 | 13:45 WIB PAJAK MINIMUM GLOBAL

Ada Pajak Minimum Global, RI Cari Cara Biar Insentif KEK Tetap Menarik

Jumat, 31 Januari 2025 | 13:25 WIB TAX CENTER UNIVERSITAS ADVENT SURYA NUSANTARA

Gratis untuk Umum! Sosialisasi Soal Coretax, PPN 12%, dan SAK EMKM-EP