JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 mencapai 5,02%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini mengalami perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Ekonomi Indonesia tahun 2016 tumbuh 5,02% lebih tinggi dibanding capaian tahun 2015 sebesar 4,88%,” ujarnya dalam jumpa pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin ( 6/2) siang.
Ia mengatakan perekonomian Indonesia tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun. Sementara pendapatan per kapita mencapai Rp47,96 juta atau US$3.605,1.
Menurut Suhariyanto, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,90%. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga sebesar 6,62%.
Khusus untuk triwulan IV Tahun 2016, ia mengemukakan, bila dibandingkan triwulan IV-2015 (y-on-y) ekonomi Indonesia tumbuh 4,94%. Sementara itu, seperti dilansir dari laman Sekretariat Kabinet RI, ekonomi Indonesia triwulan IV-2016 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 1,77%.
“Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi 21,24%. Sementara dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan ekspor neto,” jelasnya.
Selain itu, Suhariyanto juga menyampaikan struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2016 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Adapun kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, yakni sebesar 58,49%, diikuti oleh Pulau Sumatera 22,03%, dan Pulau Kalimantan 7,85%.
Secara terpisah, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution kecewa dengan realisasi pertumbuhan ekonomi 2016 yang dinilai tidak sesuai yang diharapkan. Sebab, pemerintah berharap pada 2016 pertumbuhan ekonomi bisa ditutup dengan angka 5,1%.
"Ya. Tadinya kita berharap mendekati 5,1% totalnya. Tapi sekarang hanya 5,02%," katanya di Kantor Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (6/2).
Menurutnya, realisasi yang tidak sesuai harapan tersebut disebabkan oleh pengeluaran pemerintah yang sedikit menurun dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya. "Ya, itu memang sedikit di bawah harapan. Karena kelihatannya pengeluaran pemerintah itu memang di kuartal IV malah kontraksi, menurun dibanding kuartal sama tahun lalu," ujar Darmin. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.