Ilustrasi. Pekerja mengangkut beras di penggilingan padi Kampung Kubang Mas, Kecamatan Warungjaud, Serang, Banten, Senin (1/8/2022). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/rwa.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan memproyeksikan tekanan inflasi masih akan tetap tinggi untuk 1 sampai dengan 2 bulan ke depan akibat kenaikan harga komoditas pangan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan inflasi diekspektasikan akan menurun dan akan bisa dijaga setidaknya di bawah level 5% setelah 2 bulan.
"Kita harus terus pantau. Arah ini harus dijaga untuk memastikan harga komoditas pangan. Ini terkait langsung dengan kantong masyarakat," katanya, dikutip pada Selasa (9/8/2022).
Febrio mengatakan optimisme mengenai laju inflasi hingga akhir tahun didasari oleh rendahnya inflasi harga beras. Dia menyebut inflasi harga beras masih 1% dikarenakan oleh tingginya suplai berkat tingginya curah hujan pada 2 tahun terakhir.
Mengingat beras memiliki kontribusi yang besar terhadap indeks harga konsumen (IHK), lanjutnya, inflasi akan bisa dijaga rendah sepanjang inflasi harga beras dapat dijaga rendah.
"Kalau harga beras bisa tidak bergejolak, kita berharap dari sisi makanan akan bisa menjaga stabilitas daya beli masyarakat cukup signifikan," ujarnya.
Sebagai informasi, angka inflasi tercatat merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juli 2022, angka inflasi tercatat mencapai 4,94%. Pada saat bersamaan, inflasi harga pangan bergejolak mencapai 11,47%.
Inflasi harga pangan bergejolak dilatarbelakangi curah hujan tinggi yang memengaruhi produksi komoditas-komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.