PEREKONOMIAN INDONESIA

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2019 di Bawah 5,2%

Redaksi DDTCNews | Kamis, 20 Juni 2019 | 18:06 WIB
BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2019 di Bawah 5,2%

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini tidak bisa mencapai asumsi yang sudah dipatok dalam APBN 2019 sebesar 5,3%.

Dalam keterangan resmi terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menyatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional hanya akan berada di bawah 5,2%.

“Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%,” ujarnya, seperti dikutip pada Kamis (20/6/2019).

Baca Juga:
Hilirisasi Kelapa Perlu Dukungan Insentif Fiskal, Apa Saja?

Menurutnya, eskalasi perang dagang makin memengaruhi dinamika perekonomian global. Ketegangan hubungan dagang makin nyata menurunkan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara.

Perekonomian Amerika Serikat, Uni Eropa, China, dan India diperkirakan akan lesu. Perang dagang juga memicu ketidakpastian di pasar keuangan global sehingga ada aliran modal yang keluar dari negara berkembang ke negara maju. Hal ini menjadi tantangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing.

Dalam jangka pendek, eskalasi ketegangan relasi dagang ini juga diperkirakan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2019 melandai. Seperti diketahui, capaian laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2019 hanya mencapai 5,07%.

Baca Juga:
Hingga 2028 ESDM Siap Tawarkan 60 Blok Migas untuk Investasi

Selain kinerja ekspor yang lesu karena efek terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas, investasi nonbangunan juga belum meningkat signifikan. Sementara itu, konsumsi diperkirakan tetap baik karena terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat.

“Permintaan domestik yang tumbuh terbatas mengakibatkan impor diprakirakan menurun. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak dampak negatif perlambatan ekonomi dunia akibat ketegangan hubungan dagang,” jelasnya. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Hilirisasi Kelapa Perlu Dukungan Insentif Fiskal, Apa Saja?

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

Hingga 2028 ESDM Siap Tawarkan 60 Blok Migas untuk Investasi

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Jumat, 18 Oktober 2024 | 18:30 WIB KOREA SELATAN

Presiden Korsel Jaring Dukungan Penghapusan PPh Investasi Keuangan

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN