JAKARTA, DDTCNews - Laju ekspor nasional menunujukan peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, ada pekerjaan rumah besar terkait belum idealnya struktrur ekspor dalam memenuhi permintaan pasar dunia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pengamanan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Pradnyawati. Menurutnya, ekspor Indonesia belum sesuai dengan struktur permintaan pasar dunia, yakni 81% produk manufaktur dan 19% produk primer.
"Produk manufaktur seperti kedirgantaraan, robotik, high skill yang dibutuhkan dunia pada posisi pertama. Sementara produk Indonesia kebanyakan pada posisi low skill," katanya dilansir laman Setkab, Kamis (5/4).
Dia kemudian memberi contoh Vietnam yang sekarang punya kemampuan untuk melakukan ekspor komoditas dengan keterampilan tinggi. Vietnam, lanjut Pradnyawati, memiliki keunggulan karena berbasis produk high skill dan technology intensity.
Seperti yang diketahui, realisasi ekspor produksi dalam negeri sepanjang tahun 2017 telah mencapai 168,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau meningkat 16,22% dibanding realisasi yang dicapai sepanjang 2016, yaitu sebesar 145,1 miliar dolar AS.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Supri mengatan capaian ekspor tahun lalu terbilang baik meski belum optimal. Menurut Karyanto, ada 3 (tiga) penilaian untuk ekspor yakni size, spread, dan sustainable.
Dari ketiga aspek tersebut, lanjut dia, sustainable menjadi poin terkuat dalam ekspor Indonesia. Namun demikian, Karyanto menyampaikan bahwa Kemendag terus memperbaiki aspek size dan spread dengan pembelajaran dari negara lain.
"Untuk tahun 2018 ini, Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 11% yang didukung oleh 59,2 juta jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di tanah air," terangnya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.