SENGKETA PAJAK

Yurisprudensi dalam Sengketa Pajak, 3 Hal Ini Jadi Catatan Akademisi

Redaksi DDTCNews | Senin, 08 November 2021 | 18:00 WIB
Yurisprudensi dalam Sengketa Pajak, 3 Hal Ini Jadi Catatan Akademisi

Slide paparan yang disampaikan Guru Besar Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (UI) Gunadi dalam sebuah diskusi, Senin (8/11/2021).

JAKARTA, DDTCNews – Penerapan yurisprudensi dalam penyelesaian sengketa pajak, khususnya saat peninjauan kembali (PK), dinilai sudah dibutuhkan. Meski demikian, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam implementasinya.

Guru Besar Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (UI) Gunadi mengatakan penerapan yurisprudensi dalam sengketa pajak sudah menjadi keharusan. Meski demikian, terdapat beberapa catatan terkait dengan yurisprudensi tersebut.

Pertama, hukum pajak merupakan bagian dari hukum tata usaha negara. Untuk itu, berlaku asas ergo omnes, yaitu 1 putusan mengikat atas sengketa yang sama, serupa, dan identik. Kedua, penerapan yurisprudensi sesuai dengan prinsip similia-similibus.

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

“Artinya, kasus yang sama, serupa, dan identik harus diperlakukan sama. Prinsip ini juga tercermin dalam Pasal 31A UU No. 7/1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d. UU No. 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP),” katanya, Senin (8/11/2021).

Ketiga, lembaga atau pejabat dilarang melakukan tindakan bertentangan dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap (prinsip the spirit of persuasive precedent). Ketiga prinsip tersebut yang mendasari yurisprudensi penting diterapkan dalam penyelesaian sengketa pajak.

Guru Besar Ilmu Kebijakan Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi UI Haula Rosdiana menuturkan sebagian besar sengketa pajak dikarenakan adanya perbedaan pendapat terkait dengan pembuktian. Terlebih, banyak data yang belum valid dan reliable.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

“Peningkatan sengketa peninjauan kembali disebabkan oleh 2 hal, yaitu wajib pajak yang ingin memperoleh keadilan dengan penemuan novum dan fiskus yang hendak mengamankan penerimaan negara,” ujarnya.

Untuk itu, sambung Haula, perlu adanya penerapan yurisprudensi dalam penyelesaian sengketa pajak, khususnya saat peninjauan kembali. Menurutnya, terdapat 5 sasaran yang ingin dicapai dari penerapan yurisprudensi tersebut.

Sasaran tersebut antara lain mengurangi cost of taxation, mendorong kepastian hukum, mendorong keadilan, mendorong sistem peradilan yang lebih efisien, serta meningkatkan trust masyarakat dan pelaku usaha.

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Haula juga menjelaskan 2 kriteria sengketa yang dapat menerapkan yurisprudensi. Pertama, sengketa pajak yang sama, wajib pajak sama, tahun pajak sama atau berbeda, masa pajak berbeda, dan regulasi yang sama.

Kedua, sengketa pajak yang sama, wajib pajak berbeda, jenis usaha sama, tetapi bukan perkara pembuktian, melainkan hanya sengketa yuridis. (zaka/rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN