GEORGIA

Tarif PPh Orang Pribadi Bakal Diturunkan dan Tak Lagi Progresif

Nora Galuh Candra Asmarani | Selasa, 10 Maret 2020 | 13:30 WIB
Tarif PPh Orang Pribadi Bakal Diturunkan dan Tak Lagi Progresif

Ilustrasi.

TBILISI, DDTCNews—Pemerintah Georgia dan DPR menyepakati tarif pajak penghasilan (PPh) tetap Orang Pribadi sebesar 5,37% dari sebelumnya dihitung secara progresif dengan kisaran 1%-5,75%.

Anggota DPR (House Georgia) David Ralston mengatakan skema perhitungan dan tarif PPh baru itu akan membuat pemerintah kehilangan penerimaan pajak sebesar US$250 juta atau setara dengan Rp3,6 triliun per tahun.

“Penurunan tarif ini untuk menepati janji yang kami buat pada 2018. Setiap masyarakat Georgia akan membayar pajak penghasilan dengan nominal yang lebih kecil jika usulan ini disahkan," ujar Ralston di Tbilisi, Selasa (10/3/2020).

Baca Juga:
Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Pemangkasan tarif itu menjadi yang kedua dalam tiga tahun terakhir ini. Pemerintah Georgia sebelumnya memangkas tarif PPh tertinggi dari 6% menjadi 5,75% pada 2018 lalu. Adapun tarif pajak baru ini akan mulai berlaku Januari 2021.

Ralston meyakini perubahan skema perhitungan PPh Orang Pribadi, termasuk nilai tarif pajak menjadi 5,37% untuk WP Orang Pribadi akan membuat sistem pajak di Georgia lebih adil dan setara.

“Ini akan membuat sistem pajak lebih adil, lebih setara dan memungkinkan masyarakat untuk menyimpan lebih banyak uang mereka,” tutur Ralston.

Baca Juga:
Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Selain pemangkasan tarif, lanjut Ralston, insentif pajak tersebut juga membahas penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Rencananya, akan ada pengurang pajak untuk beberapa keluarga, termasuk anak yang diadopsi.

Kendati demikian, kebijakan insentif pajak itu juga dibarengi dengan kebijakan lainnya. Saat ini, pemerintah dan DPR berencana untuk menghapus ‘pemotongan pajak berganda’ yang kerap dipakai wajib pajak untuk melakukan restitusi.

Sementara itu, menanggapi wacana pemangkasan tarif ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Profesional Pendidik Georgia Craig Harper mengimbau parlemen untuk mempertimbangkan rencana tersebut dengan matang.

"Kami meminta parlemen untuk hati-hati ketika mempertimbangkan pemangkasan tarif pajak tambahan pada saat negara tengah memiliki begitu banyak kebutuhan layanan publik," tutur Harper, seperti dilansir AJC. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

12 Maret 2020 | 04:11 WIB

APA HUBUNGANNYA DENGAN INDONESIA BUNG!!!!

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Minggu, 26 Januari 2025 | 11:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Sabtu, 25 Januari 2025 | 14:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sebanyak 41.150 Unit Rumah Nikmati Insentif PPN DTP pada 2024

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 11:30 WIB PERDAGANGAN BERJANGKA

Nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2024 Naik 29,3 Persen

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI