Suasana senja menjelang petang di Phnom Penh, Kamboja. Pemerintah Kamboja berencana memberikan insentif pajak untuk mendorong pengusaha real estat dan properti membangun rumah murah untuk masyarakat. (Foto: tripily.co)
PHNOM PENH, DDTCNews - Pemerintah Kamboja berencana memberikan insentif pajak untuk mendorong pengusaha real estat dan properti membangun rumah murah untuk masyarakat.
Dirjen Perumahan Kementerian Perencanaan dan Konstruksi Perkotaan Pengelolaan Lahan Kamboja Benghong Socheat Khemro mengatakan pemberian insentif pajak menjadi salah satu strategi pemerintah merealisasikan rumah murah untuk masyarakat menengah ke bawah.
Menurutnya, pemerintah telah menargetkan pembangunan setidaknya 1 juta unit rumah murah dan berkelanjutan. "Pengembang perlu menciptakan perumahan yang terjangkau agar memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif ini," katanya, Kamis (27/5/2021).
Khemro mengatakan pemerintah sedang mencari berbagai skema insentif pajak, seperti pemotongan tarif pajak penghasilan (PPh) atau dari sisi pajak pertambahan nilai (PPN). Insentif itu khusus diberikan kepada perusahaan yang siap berinvestasi dalam pembangunan perumahan murah.
Menurutnya, pemerintah memprioritaskan pembangunan rumah murah di lokasi migrasi atau perkotaan besar, seperti Phnom Penh, Siem Reap, Sihanoukville, dan Battambang.
Khemro memastikan pengusaha yang bersedia membangun murah akan mendapat keuntungan besar dari pemerintah. Pasalnya, pemerintah juga siap memberikan insentif tambahan untuk mendukung proyek pembangunan perumahan murah.
Insentif tersebut antara lain seperti menyiapkan sambungan ke jalan, pasokan air, drainase dan sistem pembuangan limbah, serta peningkatan jaringan listrik nasional.
Menurutnya, syarat utama pengembang memperoleh insentif itu yakni harus menjual rumah dengan harga sekitar US$30.000 atau Rp428,5 juta. Pemerintah menggunakan angka itu sesuai definisi universal perumahan yang terjangkau berdasarkan pendapatan rata-rata warga Kamboja saat ini.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Real Estat Kamboja Kheang Puthy menyebut tantangan penciptaan rumah murah di Kamboja misalnya suku bunga dan harga material bangunan yang tinggi.
Suku bunga kredit perumahan di Kamboja saat ini sebesar 8%, sehingga pemerintah perlu memberi intervensi agar suku bunga lebih kecil dan meringankan masyarakat.
"Pada tingkat suku bunga saat ini, biaya hipotek bulanan rata-rata sekitar US$250-300 [setara Rp3,5-4,2 juta], jauh di atas kemampuan pekerja garmen untuk mengaksesnya secara terjangkau," ujarnya, dilansir khmertimeskh.com. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.