KEBIJAKAN PAJAK

Soal Pilar 1 OECD, DJP Beberkan Aspek-Aspek yang Belum Selesai Dibahas

Muhamad Wildan | Selasa, 12 Juli 2022 | 16:30 WIB
Soal Pilar 1 OECD, DJP Beberkan Aspek-Aspek yang Belum Selesai Dibahas

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) mengungkapkan terdapat beberapa aspek pada Pilar 1: Unified Approach yang masih perlu dibahas lebih lanjut.

Direktur Perpajakan Internasional DJP Mekar Satria Utama mengatakan teknis penentuan asal penghasilan (revenue sourcing rules), isu kepastian hukum bila ada sengketa penerapan Pilar 1 (tax certainty), dan Amount B Pilar 1 masih belum selesai dibahas.

"Pembahasannya pun masih baru di tahap awal. Masih membutuhkan waktu untuk bisa dipahami dan disepakati," katanya, Selasa (12/7/2022).

Baca Juga:
Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Mekar menuturkan Pilar 1 sesungguhnya ditargetkan selesai dibahas pada tahun ini. Mengingat pembahasan detail teknis Pilar 1 masih berjalan dinamis, seluruh aspek teknis Pilar 1 diperkirakan baru akan rampung pada tahun depan.

Bila pembahasan aspek teknis Pilar 1 sudah selesai, kesepakatan tersebut akan dicantumkan ke dalam multilateral convention (MLC) yang nantinya akan ditandatangani oleh seluruh anggota Inclusive Framework.

"Meskipun ada sebagian negara yang menginginkan bahwa 2 pilar ini diterapkan bersamaan, tetapi sulit dicapai konsensus tersebut mengingat perbedaan model penerapan dari kedua pilar tersebut," ujar Mekar.

Baca Juga:
Keputusan yang Dikirim via Coretax Dianggap Sudah Diterima Wajib Pajak

Untuk diketahui, Pilar 1 memungkinkan yurisdiksi pasar mendapatkan hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh korporasi multinasional meski perusahaan tersebut tidak memiliki kehadiran fisik di yurisdiksi pasar.

Yurisdiksi pasar mendapatkan hak pemajakan atas 25% dari residual profit yang diterima perusahaan internasional yang tercakup pada Pilar 1.

Korporasi multinasional yang tercakup pada Pilar 1 ialah perusahaan dengan pendapatan global di atas EUR20 miliar dan profitabilitas di atas 10%.

Baca Juga:
Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Sementara itu, Pilar 2: Global Anti Base Erosion (GloBE) akan menjadi landasan dari penerapan pajak korporasi minimum global dengan tarif sebesar 15%.

Pajak minimum global dalam Pilar 2 sudah bisa diimplementasikan oleh setiap yurisdiksi tanpa memerlukan penandatanganan atas MLC seperti Pilar 1.

Pilar 2 juga akan menjadi common approach yang diadopsi oleh negara-negara anggota Inclusive Framework melalui peraturan perpajakan domestiknya masing-masing. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:27 WIB CORETAX SYSTEM

WP Bisa Akses Aplikasi Coretax Mulai Hari Ini, Fiturnya Masih Terbatas

BERITA PILIHAN
Selasa, 24 Desember 2024 | 21:30 WIB CORETAX SYSTEM

Simak! Keterangan Resmi DJP Soal Tahapan Praimplementasi Coretax

Selasa, 24 Desember 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:27 WIB CORETAX SYSTEM

WP Bisa Akses Aplikasi Coretax Mulai Hari Ini, Fiturnya Masih Terbatas

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:00 WIB PMK 81/2024

Ini Aturan Terbaru Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Pengukuhan PKP

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:00 WIB CORETAX SYSTEM

Nanti Ada Coretax, Masih Perlu Ajukan Sertifikat Elektronik?

Selasa, 24 Desember 2024 | 15:00 WIB KPP PRATAMA KOSAMBI

Utang Pajak Rp632 Juta Tak Dilunasi, Mobil WP Akhirnya Disita KPP