KESEPAKATAN INTERNASIONAL

Soal Pajak Digital, Ini Curhat dan Harapan Sri Mulyani

Muhamad Wildan | Selasa, 09 Februari 2021 | 10:49 WIB
Soal Pajak Digital, Ini Curhat dan Harapan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan kesepakatan atau konsensus internasional sangat dibutuhkan demi menciptakan suatu sistem pemajakan atas ekonomi digital yang baik.

Dalam artikel yang ditulis Sri Mulyani dalam The OECD Forum Network, ia menekankan sistem pajak yang adil atas aktivitas ekonomi digital sangat penting dalam menciptakan level playing field yang sama antara pelaku ekonomi digital dan ekonomi konvensional.

"Banyak asosiasi usaha yang komplain ke saya. Usaha konvensional harus merekrut orang, membuka toko, menyewa tempat, dan membayar pajak, sedangkan perusahaan digital justru tidak mendapatkan perlakuan yang sama dari sisi perpajakan," katanya, dikutip Selasa (9/2/2021).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Sri Mulyani dalam artikelnya berjudul Building Better Taxation in a Digital World menyebutkan isu keadilan pajak harus segera ditindaklanjuti bukan hanya secara lintas negara, tetapi juga dari dalam perekonomian domestik sendiri. Bila tidak segera ditindaklanjuti, ketidakadilan bisa menimbulkan kekacauan sosial dan politik.

"Kita tidak boleh meremehkan itu," ujar Sri Mulyani.

Potensi pajak dari sektor ekonomi digital yang amat besar sesungguhnya telah diketahui oleh publik. Sri Mulyani menceritakan dirinya berulang kali mendapatkan pertanyaan dari media massa mengenai seberapa besar pajak yang sudah dikumpulkan oleh pemerintah dari sektor ekonomi digital.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Dia menilai hal tersebut menunjukkan publik sepenuhnya telah mengetahui adanya transformasi besar dalam sistem perekonomian. Pada sisi lain, ada potensi penggerusan basis pajak akibat transformasi ekonomi tersebut.

"Masyarakat sangat menyambut baik transformasi ekonomi yang timbul berkat ekonomi digital, tetapi masyarakat juga mengkhawatirkan minimnya level playing field dari aspek perpajakan," tulisnya.

Selain itu, terdapat ekspektasi dan harapan besar atas ketercapaian konsensus pemajakan ekonomi digital pada tahun ini. Belanja negara dituntut lebih ekspansif pada masa pandemi, tetapi pendapatan negara terus menurun akibat kontraksi ekonomi.

Baca Juga:
Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

"Menemukan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan adil sangatlah penting," sebut Sri Mulyani.

Selaku tuan rumah G20 Presidency pada 2022, Indonesia berharap konsensus atas pemajakan ekonomi digital bisa tercapai pada tahun ini sehingga negara-negara bisa berfokus untuk menyiapkan implementasinya pada tahun depan.

Sri Mulyani menekankan tantangan perekonomian digital memerlukan solusi multilateral, bukan solusi bilateral. Tak lupa, ia menekankan kepentingan negara berkembang dalam pencapaian konsensus atas pemajakan ekonomi digital harus turut diperhitungkan.

“Solusi yang dicapai harus adil, sederhana, dan mudah diterapkan oleh semua yurisdiksi,” tulis menkeu. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN