SELANDIA BARU

Setelah Didesak, Google Bersedia Ubah Struktur Pajaknya di Negara Ini

Redaksi DDTCNews | Senin, 26 Februari 2018 | 12:00 WIB
Setelah Didesak, Google Bersedia Ubah Struktur Pajaknya di Negara Ini

WELLINGTON, DDTCNews – Pemerintah Selandia Baru mendesak Google untuk mengubah model bisnisnya karena dianggap merugikan basis penerimaan pajak di Selandia baru. Google pun mengamini desakan itu.

Melalui keterangan tertulisnya kepada Pemerintah Selandia Baru, Google menyatakan bahwa sebagian besar penerimaan iklannya dari Selandia Baru memang dibukukan di Singapura, negara dengan tarif pajak yang rendah. Google juga menyatakan ke depan transaksi tersebut akan dibukukan di Selandia Baru.

“Sebelumnya saat konsumen ingin iklan dari Google, konsumen menandatangani perjanjian kontrak dengan Kantor Pusat Asia-Pasifik Google di Singapura dan penghasilannya dicatat di sana. Sementara Google Selandia Baru menerima remunerasi dengan prinsip kewajaran atau kelaziman usaha atas layanan tersebut. Tapi ke depannya kami akan mengubah model bisnis dari pendekatan sebelumnya,” ujarnya di Selandia Baru, Kamis (22/2).

Baca Juga:
Bertemu PM Selandia Baru, Jokowi Bahas Komitmen Investasi Rp149 Miliar

Seperti diketahui, langkah Google dalam mengatur strukur pajaknya telah mendapat kritikan keras. Seperti halnya terjadi di India yang mendenda Google sebesar $21 juta karena menyalahgunakan dominasi pasar dan Google justru ingin potongan pajak yang lebih besar terhadap pajak perusahaan Amerika Serikat (AS) ini di India.

Meski Google Selandia Baru hanya mempekerjakan hanya 30 orang, namun Selandia Baru membuat lebih dari 10 miliar penelusuran web selama setahun di mesin telusurnya, termasuk Google Maps dan YouTube yang cukup populer. Terlebih perusahaan induk Google Alphabet merupakan perusahaan terbesar kedua di dunia dengan kapitalisasi pasar sebesar $774 miliar.

Adapun tarif pajak korporasi di Selandia Baru adalah 28%, sedangkan tarif di Singapura hanya 17%. Tetapi dalam praktiknya, perusahaan dapat menegosiasikan kesepakatan pajak individual yang menarik dengan pihak berwenang Singapura, yang dapat memotong tagihan pajak perusahaan multinasional secara signifikan.

Selain itu, Menteri Keuangan Selandia Baru Stuart Nash menyambut baik keputusan Google untuk mengubah model bisnisnya. "Kami berharap ini menjadi preseden bagi perusahaan multinasional besar yang secara agresif mengatur urusan pajak mereka dalam upaya menghindar dari pungutan pajak," pungkasnya. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 03 Desember 2024 | 19:15 WIB SELANDIA BARU

Menkeu Ini Ingin Beri Relaksasi Pajak untuk Badan Amal

Selasa, 03 September 2024 | 17:00 WIB SELANDIA BARU

Negara Ini Bakal Naikkan Pajak Turis Asing hingga 3 Kali Lipat

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?

Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan