Tiga pekerja melintas di areal produksi kosmetik L'Oreal di kawasan Jababeka, Cikarang, Bekasi Jawa Barat, Kamis, (7/3/2024). L'Oreal Indonesia mengumumkan keberhasilan 100% penggunaan energi terbarukan di seluruh situs produksinya di Indonesia sekaligus dukungan terhadap upaya pemerintah dalam akselerasi reduksi emisi karbon. Antara Foto/Paramayuda/YU
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah tengah menyusun target yang lebih ambisius dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Angka target ini nantinya akan disampaikan ke dunia internasional melalui dokumen National Determined Contribution (NDC) edisi kedua.
Sebelumnya, dalam NDC pertama, Indonesia menargetkan penurunan emisi GRK menjadi 32%, dari sebelumnya 29% dengan upaya sendiri dan 43% melalui bantuan internasional.
"Untuk mencapai target itu, diperlukan kesiapan dan ketersediaan sumber daya mineral kritis," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam Ministrial Roundtable Meeting World Energy Congress (WEC), dikutip pada Kamis (25/4/2024).
Arifin mengatakan mineral kritis sangat diperlukan dalam mengejar target pengurangan emisi GRK. Alasannya, mineral kritis merupakan bahan dasar untuk penciptaan teknologi bersih seperti panel surya.
"Hal itu sejalan dengan usaha pemerintah Indonesia untuk mengurangi penggunaan sumber bahan bakar fosil dan meningkatkan pemanfaatan sumber energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT)," imbuhnya.
Upaya lain yang dilakukan Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi, tambah Arifin, adalah dengan mendorong pergeseran pemanfaatan mobil listrik sebagai pengganti mobil berbasis energi fosil. Caranya dengan menawarkan kemudahan kepemilikan dengan insentif yang menarik.
Sementara untuk sektor industri, pemerintah mengimplemtasikan inovasi untuk mengganti boiler konvensional dengan boiler listrik dan teknologi pompa panas. Pemanfaatan bolier listrik dapat meningkatkan efisiensi energi sebesar 75%-95% dan mengurangi emisi sebesar 20%-60%.
"Juga mengintensifkan teknologi penangkapan dan penyimpanan CO2 dalam produksi hidrogen untuk industri baja dan petrokimia," katanya.
Meski demikian, Arifin menyebut bahwa semua strategi tersebut membutuhkan kolaborasi antarnegara untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.
Untuk diketahui, Pertemuan the 26th World Energy Congress diselenggarakan pada 22-25 April 2024. Pertemuan yang digelar oleh World Energy Council bersama dengan pemerintah Belanda ini mengambil tema Redesigning Energy for People and Planet.
Kongres ini merupakan pertemuan energi global yang akan menghadirkan lebih dari 200 pembicara C-suite dan 70 menteri, serta lebih dari 7000 pemangku kepentingan di sektor energi internasional. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.