INGGRIS

Rekomendasi Pajak Gula dan Garam Tidak Dilirik

Redaksi DDTCNews | Minggu, 18 Juli 2021 | 12:00 WIB
Rekomendasi Pajak Gula dan Garam Tidak Dilirik

Ilustrasi. (foto: Pragativadi)

LONDON, DDTCNews – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberi sinyal akan mengesampingkan pengenaan pajak gula dan garam untuk mengatasi ketergantungan pada junk food.

Pengenaan pajak gula dan garam untuk mengatasi konsumsi junk food menjadi rekomendasi utama laporan proposal new national food strategy. Beberapa anggota panel ahli membantu pemilik restoran Henry Dimbleby Menyusun laporan yang ditugaskan pemerintah tersebut.

“Saya harus mengatakan bahwa saya tidak tertarik dengan gagasan pajak tambahan untuk orang-orang pekerja keras. Biarkan saya memberi isyarat itu saja. Saya akan mempelajari laporan itu,” ujar Boris Johnson, dikutip pada Minggu (18/7/2021).

Baca Juga:
Negara Ini Pungut PPN atas Jasa Pendidikan Sekolah Swasta Mulai 2025

Menurutnya, laporan tersebut independen. Menurutnya, laporan itu mungkin memuat beberapa ide bagus. Namun, dia percaya dalam mengatasi obesitas, harus ada bantuan agar orang menurunkan berat badan, mempromosikan olahraga, dan mengatasi iklan junk food.

Dalam laporan tersebut memang ada sejumlah rekomendasi. Adapun rekomendasi yang paling menonjol adalah pengenaan pajak atau pungutan sebesar £3 per kilogram gula dan £6 per kilogram garam yang dijual grosir untuk digunakan dalam makanan olahan, restoran, dan katering.

Namun, beberapa orang yang terkait dengan laporan tersebut berpikir ketika beberapa bahan makanan akan diformulasikan ulang, beberapa harga juga bisa naik. Kondisi ini pada gilirannya akan menjadi disinsentif bagi konsumen.

Baca Juga:
Pembukuan Pakai Bahasa Inggris, WP Kini Bisa Beri Tahu via Kring Pajak

Seperti dilansir theguardian.com, Dimbleby mengatakan pajak yang diusulkan bukan mengenai upaya untuk menaikkan biaya orang-orang pekerja keras. Kebijakan pajak itu dirancang untuk menyasar para produsen agar mengurangi jumlah gula dan garam.

“Ini dirancang untuk memaksa produsen mengurangi jumlah gula dan garam dalam produk mereka yang menyebabkan kerugian besar bagi orang-orang di negara ini dan memberikan tekanan yang tidak dapat ditoleransi pada NHS (national health service),” ujarnya. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Pembukuan Pakai Bahasa Inggris, WP Kini Bisa Beri Tahu via Kring Pajak

Rabu, 25 September 2024 | 16:43 WIB LOMBA MENULIS DDTCNEWS 2024

Sumber Pajak Baru Kunci Pemenuhan Janji Pemerintah Baru

Jumat, 09 Agustus 2024 | 16:00 WIB KAMUS PAJAK

Apa Itu Pajak Kertas Dinding (Wallpaper Tax)?

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN