AMERIKA SERIKAT

Reformasi Pajak AS Ancam Maskapai Timur Tengah

Redaksi DDTCNews | Senin, 27 November 2017 | 11:02 WIB
Reformasi Pajak AS Ancam Maskapai Timur Tengah

LONDON, DDTCNews - Reformasi pajak yang kini bergaung di Amerika Serikat membuat resah maskapai Timur Tengah. Pasalnya, ancaman penghapusan pembebasan pajak menanti bagi perusahaan penerbangan yang berasal dari luar Negeri Paman Sam.

Tim Coombs selaku Kepala Ekonomi Penerbangan yang berbasis di London mengatakan amandemen RUU reformasi pajak AS menggerus pendapatan maskapai dari Timur Tengah seperti Etihad, Emirates dan Qatar Airways. Hal ini disebabkan adanya sinyalemen Senat AS yang akan mencabut pembebasan pajak bagi maskapai Timur Tengah yang selama ini dinikmati saat melakukan rute penerbangan dari dan ke Amerika Serikat.

"Kebijakan tersebut akan memiliki dampak yang signifikan dan dapat dikategorisasikan sebagai diskriminasi jika hanya diterapkan pada maskapai tertentu," ungkapnya seperti dilansir Arabnews.com, Jum`at (24/11).

Baca Juga:
Retaliasi China, Produk Asal AS Bakal Dikenai Bea Masuk Tambahan

Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini industri penerbangan global tengah mengencangkan ikat pinggang. Hal ini dikarenakan lesunya ekonomi global sehingga banyak maskapai mengurangi biaya operasional. Jika benar kebijakan penghapusan pembebasan pajak ini diberlakukan, maka akan menjadi pukulan telak bagi maskapai asal Timur Tengah tersebut.

Melalui agenda reformasi pajak AS ini, Tim menyampaikan bahwa maskapai dalam negeri AS punya momentum untuk bangkit mengalahkan rival mereka dari Timur Tengah.

"Kebijakan 'america first' Presiden Trump adalah kesempatan bagi maskapai penerbangan dalam negeri untuk bangkit dari tekanan akibat lesunya ekonomi global, " paparnya.

Baca Juga:
AS Resmi Mulai Kenakan Bea Masuk Atas Barang Kanada, Meksiko, China

Menghadapi perubahan pajak penerbangan AS ini, maskapai Etihad dengan tegas menentang amandemen dalam undang-undang reformasi pajak AS. Maskapai berbasis di Uni Emirat Arab ini mengatakan bahwa amandemen tersebut bertentangan dengan hukum AS dan bertentangan dengan hukum internasional dan dikategorikan sebagai upaya anti-persaingan.

Asosiasi penerbagan internasional (IATA) merilis data bahwa keuntungan kolektif maskapai Timur Tengah turun dari tahun 2016. Secara total maskapai tersebut menghasilkan 400 juta dolar AS tahun ini atau turun 1,1 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 05 Februari 2025 | 14:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Tunda Bea Masuk 25 Persen untuk Produk Asal Kanada dan Meksiko

Selasa, 04 Februari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Cegah Penerapan UTPR Pajak Minimum Global, AS Siapkan Skema Retaliasi

Senin, 03 Februari 2025 | 08:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Presiden Trump Siapkan Tarif Bea Masuk untuk Impor dari Uni Eropa

BERITA PILIHAN
Rabu, 05 Februari 2025 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pengecer Boleh Jualan Lagi, UMKM Dijamin Tetap Dapat Pasokan Elpiji

Rabu, 05 Februari 2025 | 14:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Kendala NIK Tidak Valid di Coretax DJP, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Rabu, 05 Februari 2025 | 14:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Tunda Bea Masuk 25 Persen untuk Produk Asal Kanada dan Meksiko

Rabu, 05 Februari 2025 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Selain Belanja Online, CN Dipakai untuk Barang Jamaah Haji dan Hadiah

Rabu, 05 Februari 2025 | 12:07 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI 2024

Mobilitas Penduduk Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga 2024 Tumbuh 4,94%

Rabu, 05 Februari 2025 | 11:25 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS Umumkan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 5,03 Persen