Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan paparannya dalam APBN Kita. (tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir Februari 2022 mencapai Rp56,7 triliun atau tumbuh 59,3%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan realisasi itu setara dengan 23,2% dari target Rp245,0 triliun. Menurutnya, penerimaan kepabeanan dan cukai makin menunjukkan pemulihan yang kuat dari pandemi Covid-19.
"Untuk kepabeanan Bea dan Cukai, ini juga menggambarkan pemulihan ekonomi yang luar biasa," katanya pada konferensi pers APBN Kita, Senin (28/3/2022).
Sri Mulyani mengatakan kinerja penerimaan positif terjadi pada seluruh komponen kepabeanan dan cukai. Penerimaan cukai mengalami pertumbuhan 53,3% karena dipengaruhi sejumlah faktor.
Pada cukai hasil tembakau yang realisasinya senilai Rp42,28 triliun atau tumbuh 54,08%, dipengaruhi implementasi kebijakan kenaikan tarif cukai dan efektivitas pengawasan. Sementara pada cukai minuman mengandung etil alkohol, realisasinya senilai Rp1,03 triliun atau tumbuh 30,93% karena dampak peningkatan produksi, sejalan dengan membaiknya kegiatan ekonomi di sektor perhotelan dan pariwisata.
Kemudian pada bea masuk, realisasi penerimaannya Rp6,82 triliun atau tumbuh 37,1%. Pertumbuhan itu dipengaruhi membaiknya kinerja ekonomi nasional, terutama pada sektor perdagangan, industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian.
Adapun pada bea keluar, penerimaannya hingga Februari 2022 senilai Rp6,57 triliun atau tumbuh 176,8%. Menurut Sri Mulyani, realisasi bea keluar yang tinggi tersebut didorong peningkatan volume ekspor dan harga komoditas tembaga, terutama produk kelapa sawit dan tembaga.
"Ini adalah sesuatu yang gambarkan posisi Indonesia yang relatif baik dengan adanya kenaikan harga-harga komoditas dunia," ujarnya. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.