PMK 81/2024

Permohonan Penggunaan Nilai Buku Tak Lagi Perlu Lampirkan SKF

Nora Galuh Candra Asmarani | Selasa, 26 November 2024 | 18:00 WIB
Permohonan Penggunaan Nilai Buku Tak Lagi Perlu Lampirkan SKF

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah mengubah ketentuan penggunaan nilai buku atas pengalihan dan perolehan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha. Perubahan ketentua tersebut dilakukan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 81/2024.

Merujuk PMK 81/2024, permohonan penggunaan nilai buku tidak perlu melampirkan surat keterangan fiskal (SKF) untuk setiap wajib pajak dalam negeri (WPDN) dan bentuk usaha tetap (BUT) yang terkait. Ketentuan ini berlaku sepanjang wajib pajak telah memenuhi persyaratan atau kriteria untuk diberikan SKF.

“… memenuhi persyaratan untuk diberikan SKF sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pemberian SKF, untuk tiap Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang terkait,” bunyi Pasal 393 ayat (1) huruf c PMK 81/2024, dikutip pada Senin (25/11/20204

Baca Juga:
Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Sebelumnya, ketentuan penggunaan nilai buku atas pengalihan dan perolehan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha, diatur dalam PMK 52/2017 s.t.d.t.d PMK 56/2021.

Merujuk Pasal 2 ayat (1) huruf c PMK 52/2017, salah satu syarat agar wajib pajak dapat menggunakan nilai buku adalah memperoleh SKF dari dirjen pajak. SKF tersebut harus dikantongi oleh setiap WPDN dan BUT yang terkait.

Sebelumnya, berdasarkan Pasal 3 ayat (2) huruf c PMK 52/2017 s.t.d.t.d PMK 56/2021, SKF tersebut harus dilampirkan dalam permohonan penggunaan nilai buku. Namun, melalui PMK 81/2024, pemerintah mempermudah proses permohonan penggunaan nilai buku.

Baca Juga:
PMK Baru! Aturan Soal Restitusi Dipercepat Direvisi, Sesuaikan Coretax

Nantinya, pasca PMK 81/2024, wajib pajak tidak perlu melampirkan SKF dalam permohonan penggunaan nilai buku. Hal ini terlihat dalam Pasal 394 ayat (2) PMK 81/2024 yang kini hanya mengatur 2 dokumen yang perlu dilampirkan dalam permohonan penggunaan nilai buku.

Apabila disandingkan, berikut perbandingan dokumen yang perlu dilampirkan dalam permohonan penggunaan nilai buku berdasarkan PMK 52/2017 s.t.d.t.d PMK 56/2021 (peraturan lama) dan PMK 81/2024 (peraturan baru).


Baca Juga:
Kanwil DJP Jawa Timur II Kukuhkan 474 Relawan Pajak 2025

PMK 81/2024 juga memperjelas ketentuan saluran yang dapat digunakan untuk menyampaikan permohonan penggunaan nilai buku. Nantinya, pengajuan permohonan yang terkait dengan penggunaan nilai buku dapat diajukan melalui coretax.

Secara lebih terperinci, akan ada 4 permohonan terkait dengan penggunaan nilai buku yang dapat diajukan melalui coretax. Pertama, Permohonan Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan dan Perolehan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, atau Pengambilalihan Usaha.

Kedua, Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Memperoleh Pernyataan efektif atas Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO). Ketiga, Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu untuk Membubarkan Kegiatan Usaha.

Baca Juga:
NIK Pegawai Tidak Ditemukan saat Bikin Bupot, DJP Beberkan Solusinya

Keempat, Permohonan Pemindahtanganan Harta untuk Tujuan Peningkatan Efisiensi Perusahaan. Merujuk buku Manual Coretax Modul Layanan Wajib Pajak, permohonan tersebut dapat disampaikan melalui fitur Buat Permohonan Layanan Administrasi pada menu Layanan Wajib Pajak.

Sebagai informasi, wajib pajak seharusnya menggunakan nilai pasar atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha. Namun, dalam kondisi tertentu, wajib pajak diperkenankan untuk menggunakan nilai buku atas kegiatan tersebut.

Selain terkait dengan SKF, tidak terdapat perubahan perihal ketentuan kondisi wajib pajak yang dapat menggunakan nilai buku atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha.

Baca Juga:
WP Pemilik Usaha Meninggal Dunia, Siapa yang Ajukan Sertel di Coretax?

Perlu diingat, PMK 81/2024 baru mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Berlakunya PMK 81/2024 akan sekaligus mencabut PMK 52/2017 s.t.d.t.d PMK 56/2021. Namun, permohonan penggunaan nilai buku yang belum selesai diproses akan tetap mengacu pada ketentuan lama.

“permohonan penggunaan nilai buku ... yang telah disampaikan oleh wajib pajak tetapi belum diselesaikan sampai dengan peraturan menteri ini [PMK 81/2024] berlaku, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan PMK 52/2017 s.t.d.t.d PMK 56/202,” bunyi Pasal 478 angka 1 PMK 81/2024. Simak Apa Itu Nilai Buku dalam Pengalihan Harta? (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:00 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Kanwil DJP Jawa Timur II Kukuhkan 474 Relawan Pajak 2025

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 11:30 WIB PERDAGANGAN BERJANGKA

Nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2024 Naik 29,3 Persen

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI