KUALA LUMPUR, DDTCNews – Pemerintah Malaysia disarankan untuk mengubah sistem perpajakannya karena dinilai kurang berpihak pada masyarakat kelas ekonomi bawah.
Hal ini disampaikan oleh Muhammad Abdul Khalid yang merupakan penasihat ekonomi untuk Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Khalid menyebut sistem pajak Malaysia tidak cukup progresif untuk masyarakat miskin.
“Ini bukan tentang menghukum orang kaya melainkan untuk
perpajakan yang adil. Banyak orang tidak membayar pajak,” katanya.
Oleh karena itu, Khalid menekankan sistem pajak Malaysia
harus diubah agar dapat membantu masyarakat miskin. Selain itu, perubahan
tersebut juga ditujukan untuk mengekang pembayar pajak yang tidak patuh.
Bila merujuk pada program khusus yang diadakan oleh Inland
Revenue Board untuk pengungkapan sukarela tahun lalu, terdapat sekitar 480.000
kasus dilaporkan dan melibatkan 200.000 wajib pajak. Dengan demikian, perlu
dilakukan perubahan regulasi agar membuat wajib pajak lebih patuh.
Lebih lanjut, Khalid berujar memperhatikan masyarakat miskin
tidak hanya baik untuk mobilitas sosial tetapi juga akan berpengaruh positif
pada pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, nilai uang di tangan masyarakat miskin jauh
lebih tinggi daripada di tangan masyarakat kaya.
“Ketika orang miskin memiliki 1 ringgit malaysia mereka akan
segera mengkonsumsinya. Namun, jika orang kaya memiliki 1 ringgit malaysia
tambahan pada penghasilannya mereka akan pergi ke London dan membelanjakannya,”
imbuhnya.
Untuk itu, Khalid menganggap sangat masuk akal secara
ekonomi jika pemerintah mencurahkan perhatian lebih banyak pada masyarakat
miskin. Perhatian tersebut termasuk dengan mengalokasikan pendapatan negara
lebih banyak untuk masyarakat golongan
ini.
Di sisi lain, Khalid memuji rencana yang baru diumumkan
pemerintah dalam anggaran federal untuk menaikkan pajak penghasilan bagi orang
kaya. Namun, Khalid menegaskan masih
banyak hal yang harus dilakukan. Selain itu, Khalid juga menyoroti tingkat
ketimpangan pajak Malaysia.
Dia menjabarkan bila melihat indikator ketidaksetaraan yang
berdasarkan upah atau pendapatan maka tingkat ketidaksetaraan pajak di Amerika
Serikat (AS) akan lebih tinggi dari Malaysia.
Namun, tingkat ketidaksetaraan penghasilan setelah pajak di AS lebih
rendah dibandingkan Malaysia.
“Padahal, AS adalah bapak baptis kapitalisme. Namun, dalam
mengatasi ketidaksetaraan justru lebih baik daripada kita karena sistem perpajakan
di sini tidak cukup progresif untuk membantu orang miskin,” kata Khalid. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.