Kantor Pusat OECD.
JAKARTA, DDTCNews - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya akan mencapai 4,7%, di bawah asumsi makro pemerintah yang sebesar 5,3%.
Merujuk pada OECD Economic Outlook yang baru saja dipublikasikan OECD, pertumbuhan ekonomi akan disokong oleh ekspor komoditas dan konsumsi.
"Meski ketidakpastian global masih tinggi, permintaan ekspor komoditas diproyeksikan masih akan tetap tinggi," tulis OECD dalam laporannya, dikutip Rabu (23/11/2022).
Menurut OECD, kenaikan harga komoditas telah mengungkap Indonesia selaku negara penghasil batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), dan nikel. Pertumbuhan ekspor hingga September 2022 tercatat mencapai 36% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun subsidi BBM telah dipangkas, konsumsi domestik diperkirakan masih akan kuat berkat pent-up consumption dan peningkatan belanja modal.
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi, OECD memandang Indonesia perlu berupaya menekan laju inflasi. Inflasi yang tinggi akan membebani konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dibayangi oleh risiko gesekan sosial yang timbul akibat Pemilu 2024. Instabilitas menjelang dan saat pemilu berpotensi mendistorsi persepsi investor terhadap kekuatan ekonomi Indonesia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk menjaga suasana politik tetap kondusif.
Suasana yang kondusif diperlukan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional, utamanya di tengah situasi dunia saat ini.
"Saya mengingatkan kepada para capres dan cawapres untuk membawa suasana politik kita menuju 2024 betul-betul, paling banter anget sedikit. Syukur bisa adem," ujar Jokowi. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.