JAKARTA, DDTCNews – Neraca perdagangan pada bulan Oktober 2016 surplus sebesar US$1,21 miliar (Rp16,04 triliun) . Ekspor mencapai US$12,68 miliar atau naik 0,8% secara bulanan, dan 4,5% secara tahunan. Sementara impor mencapai US$11,47 miliar atau naik 1,5% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto merinci, ekspor non migas pada bulan Oktober tercatat US$11,65 miliar dengan pangsa pasar terbesar Tiongkok sebesar US$1,67 miliar, Amerika Serikat (AS) sebesar US$1,30 miliar, dan Jepang US$1,14 miliar.
Sementara impor non migas mencapai US$9,94 miliar dipicu golongan mesin dan peralatan listrik yang naik US$80,9 juta, kapal laut dan bangunan terpaung yang naik US$54,5 juta, dan perhiasan/ permata yang naik US$46,1 juta.
Berdasarkan jenisnya, impor barang konsumsi turun 3,86%% menjadi US$957,3. Sementara impor barang baku dan modal masing-masing naik 0,59% menjadi US$8,53 miliar dan 8,96% menjadi US$1,98 miliar.
“Secara kumulatif bulan Januari-Oktober neraca perdagangan surplus US$8,23 miliar, namun ekspor dan impor secara tahunan masing-masing masih terkontraksi 8% dan 7,5% karena perekonomian global yang belum pulih dan harga komoditas di pasaran global yang juga belum pulih,” ujarnya di Jakarta, Selasa (15/11).
Ia melanjutkan hal tersebut juga disebabkan karena harga komoditas di pasaran global yang juga belum pulih, terbukti pada bulan Januari-Oktober tahun lalu neraca perdagangan surplus US$8,23 miliar.
Untuk neraca migas sendiri, pada bulan Oktober tercatat defisit US$503,2 juta, karena ekspor tercatat US$1,03 miliar atau turun 2,85%, dan impor US$1,53 miliar atau turun 13,13%. Kumulatif bulan Januari-Oktober defisit US$4,57 miliar, hal ini sedikit membaik dari posisi tahun lalu yang defisit US$5,39 milliar.
Ditambahkan, untuk ekspor pada bulan Oktober, peningkatan terbesar secara bulanan terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$287,1 juta turun 19,02%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$158,8 juta atau 37,28%.
Ekspor nonmigas ke Tiongkok mencapai angka terbesar yaitu US$1,68 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,30 miliar dan Jepang US$1,14 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 35,37%. Sementara ekspor ke Uni Eropa yang mencakup 28 negara telah mencapai sebesar US$1,22 miliar.
Berdasarkan sektornya, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Oktober 2016 turun 2,59% dibanding periode yang sama tahun 2015, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 14,30%, demikian juga ekspor hasil pertanian turun 13,81%.
Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada bulan Januari-Oktober 2016 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$21,06 miliar atau turun 17,98%, diikuti Jawa Timur US$15,34 miliar bulan 13,10% dan Kalimantan Timur US$11,20 miliar atau 9,57%. (Gfa)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.