Menko Perekonomian Darmin Nasution
JAKARTA, DDTCNews—Kinerja perdagangan RI mencatat rapor merah sepanjang tahun 2018. Situasi serupa kemungkinan besar akan berlanjut di tahun ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat ditanya soal prospek perdagangan Indonesia di 2019. Menurutnya neraca dagang tetap akan berada di zona merah seperti halnya tahun lalu.
“Tahun ini belum [surplus]. Neraca perdagangan kita berat di migasnya,” katanya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (11/1/2019).
Mantan Dirjen Pajak itu memaparkan aspek migas masih akan menjadi penghalang untuk mencapai surplus neraca perdagangan. Untuk urusan membalikkan neraca migas manjadi positif bukan perkara yang bisa dilakukan dalam jangka pendek.
Penerapan kebijakan mandatori penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar solar melalui B20 menjadi senjata pemerintah menekan besarnya impor migas. Namun, butuh waktu dalam transisi penggunaan B20 secara penuh.
“Kalau nonmigas kita bisa surplus, tapi defisit di migasnya terlalu besar sehingga berpengaruh ke total neraca perdagangan,” imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga November 2018, neraca perdagangan mencatat defisit US$7,52 miliar. Defisit sektor migas sebesar US$12,1 miliar terlalu besar untuk ditambal oleh surplus perdagangan nonmigas yang hanya US$4,6 miliar.
Berkaca pada data bulanan di tahun lalu juga tidak terlalu menggembirakan. Tercatat hingga November 2018, hanya pada bulan Maret, Juni dan September neraca perdagangan meraih hasil positif. Sedangkan sisanya berakhir dengan defisit. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.