KUALA LUMPUR, DDTCNews—Malaysia berencana memungut pajak tambahan satu ringgit (US$0,24) per tahun dari minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang diproduksi di negara itu dan akan menyalurkan pendapatan tersebut ke proyek reboisasi dan konservasi satwa liar.
Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok mengatakan Dewan Minyak Sawit Malaysia yang dikelola pemerintah akan mengumpulkan pajak tambahan dari para pemain industri kelapa sawit. Saat ini, untuk setiap satu metrik ton, Dewan Minyak Sawit Malaysia memungut pajak RM13.
“Ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa industri kelapa sawit di Malaysia peduli dengan konservasi lingkungan dan margasatwa, dan kami serius dan bekerja ke arah ini,” kata Kok dalam konferensi pers akhir pekan ini.
Para analis mengatakan meskipun langkah ini kemungkinan akan sedikit melukai industri, dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan pada saat ini tidak signifikan karena harga minyak sawit mentah telah pulih dari level terendahnya.
“Tapi pajak tambahan apa pun tidak pernah menjadi kabar baik. Ini akan jadi biaya tambahan, terlepas dari tingkat harga CPO,” kata Analis CIMB Investment Bank Ivy Ng. “Dampaknya akan lebih signifikan bagi petani kecil dan ketika harga CPO jatuh dekat dengan tingkat biaya pekebun."
Pungutan tambahan tersebut diputuskan ketika Malaysia tengah melawan tuduhan dari LSM dan kelompok lingkungan, yang menuduh negara itu dan Indonesia tidak melakukan banyak hal untuk menghentikan pembukaan hutan tropis yang luas untuk perkebunan kelapa sawit.
Penghancuran hutan hujan berisiko mengganggu spesies seperti Orangutan ke gajah kerdil di Malaysia dan Indonesia. Namun, pemerintah mengatakan perkebunan kelapa sawit bukanlah penyebab utama deforestasi karena hanya menyumbang 0,4% dari total area pertanian global.
Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan pada konferensi yang sama mengatakan di Malaysia, kelapa sawit ditanam di lahan pertanian yang ditunjuk. “Perkebunan baru itu kami perkirakan akan tetap seperti itu pada bulan-bulan mendatang” katanya.
Mahathir, seperti dilansir asia.nikkei.com, juga menekankan angka-angka terbaru menunjukkan sekitar 55% dari 33 juta hektare wilayah Malaysia berada di bawah tutupan hutan, melebihi janji awal negara itu pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Jeneiro, Brasil. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.