KEBIJAKAN PAJAK

Kritik Tax Ratio RI, Prabowo: Kita Mungkin Perlu Belajar ke Zambia

Redaksi DDTCNews | Kamis, 22 November 2018 | 09:41 WIB
Kritik Tax Ratio RI, Prabowo: Kita Mungkin Perlu Belajar ke Zambia

Prabowo Subianto

JAKARTA, DDTCNews–Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto mengkritik kinerja perpajakan pemerintah karena capaian rasio pajak yang hanya sekitar 10%, sehingga terus menumpuk utang untuk membiayai belanja negara yang terus-menerus bertambah.

Prabowo mengatakan kinerja rasio pajak era Presiden ke-2 Indonesia Soeharto yang pernah 16% jauh lebih baik ketimbang posisi saat ini. “Di era Soeharto yang otoriter katanya, tax ratio-nya selalu di atas 14%,” ujarnya dalamIndonesia Economic Forum di Jakarta, Rabu (21/11).

Ketua Umum Partai Gerindra itu juga membandingkan kinerja rasio pajak era Presiden Jokowi dengan era Soeharto. Menurutnya, data Bank Dunia menunjukkan jika capaian rasio pajak Indonesia pada 2016 hanya 10,3%, lebih rendah dari era Soeharto yang bisa mencapai 16%.

Baca Juga:
Faktur Pajak Harus Lengkap, Jual Mobil di Januari Kena PPN 12 Persen

Bahkan dari segi peringkat, sambungnya, Indonesia hanya nangkring di posisi 112 (per tahun 2016) dari 124 negara dengan capaian rasio pajak terbaik. Indonesia kalah dengan negara tetangga seperti Filipina (88), Singapura (87), Malaysia (86), Thailand (66).

Prabowo juga menyebut Indonesia kalah dengan negara seperti Zambia yang capaian rasio pajaknya mencapai 18%. “Zambia juga tax ratio-nya jauh lebih baik dari kita dan mungkin kita perlu belajar dari Zambia. Banyak negara yang performanya lebih baik dari kita,” ungkapnya.

Indonesia, kata Prabowo, punya potensi rasio pajak hingga 18-20%. Sayang, potensi itu tidak tercapai dan malah cenderung stagnan di angka 10%. Ia bahkan menyebut Indonesia bisa kehilangan potensi pajak US$60 miliar jika rasio pajak tidak bisa melebihi capaian era Soeharto.

Baca Juga:
Optimasi Penerimaan Pajak, Prabowo Setujui Pembentukan Komite Khusus

“Kalau kita tidak bisa mencapai performa pajak melampaui Soeharto 16% ini, kita akan kehilangan US$60 miliar karena inefisiensi birokrasi, dan attitude yang kurang dalam mengelola ekonomi,” pungkasnya seperti dilansirjawapos.com.

Di tempat terpisah, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Fuad Bawazier kepada DDTCNews mengatakan tax ratio yang rendah selalu memicu utang, sehingga akhirnya negara berutang untuk bayar utang. Situasi ini tentu berbahaya bagi kesinambungan anggaran.

Sistem pajak yang ada saat ini masih terlalu rumit sehingga menyulitkan pelaku usaha. “Waktu saya kenakan pajak final yang memudahkan itu, saya berpikir 25 tahun kemudian sudah berakhir. Tapi ternyata tidak, yang ada malah semakin rumit,” kata mantan dirjen pajak ini. (Bsi)


Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 08 Januari 2025 | 11:30 WIB PER-01/PJ/2025

Faktur Pajak Harus Lengkap, Jual Mobil di Januari Kena PPN 12 Persen

Rabu, 08 Januari 2025 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Optimasi Penerimaan Pajak, Prabowo Setujui Pembentukan Komite Khusus

Selasa, 07 Januari 2025 | 13:00 WIB PMK 115/2024

Sri Mulyani Terbitkan Aturan Baru soal Penagihan Utang Bea dan Cukai

Selasa, 07 Januari 2025 | 11:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

APBN 2025 Targetkan Lifting Migas 1,6 Juta Barel, Ada Sanksi bagi KKKS

BERITA PILIHAN
Rabu, 08 Januari 2025 | 12:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

DEN Ungkap Alasan Diskon Listrik Diberikan Saat Ada Kenaikan Tarif PPN

Rabu, 08 Januari 2025 | 11:30 WIB PER-01/PJ/2025

Faktur Pajak Harus Lengkap, Jual Mobil di Januari Kena PPN 12 Persen

Rabu, 08 Januari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS BEA CUKAI

Objek, Tujuan, dan Jenis Audit Kepabeanan dan Cukai

Rabu, 08 Januari 2025 | 10:01 WIB KURS PAJAK 8 JANUARI 2025 - 14 JANUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Menguat Terhadap Nyaris Semua Negara Mitra

Rabu, 08 Januari 2025 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Optimasi Penerimaan Pajak, Prabowo Setujui Pembentukan Komite Khusus

Rabu, 08 Januari 2025 | 09:57 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kata Dirjen Pajak soal DPP Nilai Lain dan PPN Besaran Tertentu

Rabu, 08 Januari 2025 | 09:00 WIB KINERJA INVESTASI

Realisasi Investasi di KEK Sepanjang 2024 Capai Rp82,6 Triliun