Aktivitas tungku smelter nikel di PT VDNI di kawasan industri di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9/2022). ANTARA FOTO/Jojon/aww.
JAKARTA, DDTCNews - Industri pengolahan masih menjadi andalan kinerja perdagangan Indonesia. Nilai ekspor yang dicatatkan sektor manufaktur sepanjang Januari-Agustus 2022 senilai US$139,2 miliar, naik 24,03% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Industri manufaktur masih bertahan sebagai kontributor terbesar, dengan porsinya 71,55% terhadap total nilai ekspor nasional yang mencapai US$194,6 miliar. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan pengapalan produk industri manufaktur konsistem memberikan andil yang besar terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia.
"Neraca perdagangan kita surplus selama 28 bulan berturut-turut, dan ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemulihan ekonomi berada pada jalur yang tepat," kata Agus dalam keterangan resminya, dikutip Senin (19/9/2022).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan secara kumulatif pada Januari-Agustus 2022 mengalami surplus sejumlah US$34,92 miliar atau tumbuh 68,6% dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Surplus neraca perdagangan tidak terlepas dari program hilirisasi industri, guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia," tutur Agus.
Nilai ekspor komoditas turunan nikel meningkat signifikan sejak pemerintah memberlakukan pelarangan ekspor bijih nikel mulai awal tahun 2020. Hal ini terlihat dari nilai ekspor komoditas turunan nikel pada Januari-Agustus 2022 yang mencapai US$12,35 miliar atau tumbuh hingga 263% jika dibandingkan tahun 2019, sebelum pemberlakukan larangan ekspor bijih nikel yang hanya mencapai US$3,40 miliar.
"Enam tahun yang lalu, ekspor kita dari nikel kira-kira hanya US$1,1 miliar. Sedangkan, pada tahun 2021 sudah mencapai US$20,9 miliar. Artinya, nilai tambah lompatannya hingga 19 kali. Oleh karena itu, pemerintah terus memacu tumbuhnya industri smelter yang terbukti memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional," kata menperin.
BPS juga mencatat, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar jika dilihat menurut sektornya, dengan nilai ekspor mencapai USD19,79 miliar pada Agustus 2022. Pengapalan sektor manufaktur ini mengalami pertumbuhan 13,49 perseen apabila dibandingkan dengan nilai posisi pada Juli 2022.
"Kenaikan eskpor ini didorong oleh komoditas minyak kelapa sawit, besi baja, peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, serta turunan nikel," imbuh Agus. Sampai saat ini, Kementerian Perindustrian fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, bahan tambang mineral, serta migas dan batubara.
Menurut menperin, banyak manfaat yang telah didapatkan Indonesia dari implementasi kebijakan hilirisasi, antara lain menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha.
"Melalui hilirisasi, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik itu produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir," ujar menperin. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.