Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi video, Rabu (5/8/2020). (tangkapan layar Youtube BPS)
JAKARTA, DDTCNews – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 merupakan kontraksi pertama sejak kuartal I/1999.
Suhariyanto mengatakan pandemi virus Corona telah menyebabkan guncangan perekonomian hingga mengarah pada resesi global. Di Indonesia, tekanan pandemi dapat dilihat dari pelemahan ekonomi pada kuartal I/2020 tumbuh 2,97% dan pada kuartal II/2020 minus 5,32% (yoy).
“Kalau melacak pada pertumbuhan ekonomi triwulanan, kontraksi ini terendah sejak kuartal I tahun 1999," katanya melalui konferensi video, Rabu (5/8/2020).
Suhariyanto menyebut kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/1999 tercatat sebesar minus 6,13%. Setelah itu, Indonesia selalu mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif.
Suhariyanto menjelaskan dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi, yakni minus 30,84%. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta impor barang dan jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 11,66% dan 16,96%.
Menurut lapangan usaha, hampir semuanya mengalami kontraksi pertumbuhan. Kontraksi paling signifikan terjadi pada transportasi dan pergudangan sebesar 30,84%, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 22,02%. Industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,19%.
Di sisi lain, beberapa lapangan usaha tercatat masih mengalami pertumbuhan positif, di antaranya informasi dan komunikasi sebesar 10,88%, pengadaan air sebesar 4,56%, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 3,71%. Selain itu, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan juga tumbuh sebesar 2,19%.
"Lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh tinggi karena meningkatnya iklan televisi, penggunaan data selama pandemi, serta adanya penambahan jumlah pelanggan penyedia jasa internet dan televisi berbayar," ujarnya.
Jika dilihat menurut pengeluaran, secara tahunan, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) minus 8,61%, dan ekspor minus 11,66%. Sementara itu, konsumsi pemerintah terkontraksi 6,9%, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) minus 7,76%, dan impor terkontraksi 16,96%.
Struktur PDB kuartal II/2020 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yakni 57,85%, diikuti oleh PMTB 30,61%, dan ekspor 15,69%. Adapun porsi konsumsi pemerintah sebesar 8,67%, konsumsi LNPRT 1,36%, dan impor minus 15,52%.
Suhariyanto mengajak masyarakat tetap optimistis perekonomian bisa membaik pada kuartal III/2020. Dia menilai skema kebijakan yang dibuat pemerintah sudah komprehensif, mulai dari sisi penanganan kesehatan hingga pemulihan perekonomian.
Dia menilai perekonomian bisa segera membaik jika realisasi anggaran untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi bisa dilakukan secara optimal.
“Sejak adanya relaksasi PSBB [pembatasan sosial berskala besar], pada awal Juni sudah ada pergerakan ekonomi dibanding bulan Mei meski masih jauh dari normal. Kita harus optimis sehingga geliat ekonomi bisa bergerak dan salah satu kunci pentingnya adalah penerapan protokol kesehatan," katanya. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.