Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto: Bappenas)
JAKARTA, DDTCNews – Otoritas fiskal berkomitmen untuk mempertajam instrumen yang dimilikinya untuk kembali menarik investasi masuk ke Tanah Air. Apalagi, realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I/2019 terkontraksi 0,91% dibandingkan kinerja periode yang sama tahun lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan otoritas akan melakukan evaluasi berdasarkan rilis teranyar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pilihan untuk memberikan insentif masih menjadi pilihan utama untuk menggenjot kegiatan investasi.
“Jadi apapun yang muncul dari statistik hari ini tentu ini akan kita evaluasi. Dari kami di Kemenkeu kita akan terus mempertajam instrumen-instrumen untuk memberikan insentif maupun kemudahan agar invesasi itu bisa berjalan,” katanya di Kantor Pusat DJP, Selasa (30/4/2019).
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi kuartal I/2019 senilai Rp195,1 triliun. Angka ini naik 5,28% dibanding periode yang sama pada 2018 sebesar Rp185,3 triliun. Performa itu sekaligus melanjutkan tren perlambatan setidaknya sejak 2016.
Jika dibedah lebih rinci, realisasi PMA pada kuartal I tahun ini tercatat senilai Rp107,9 triliun (kurs Rp15.000 sesuai APBN 2019). Capaian ini terkontraksi 0,91% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp108,9%. Pada tiga bulan pertama 2018, PMA tumbuh 1,15%.
Sri Mulyani mengatakan pekerjaan rumah memang cukup menantang dalam upaya untuk menarik investasi dari luar negeri. Iklim ekonomi global yang penuh ketidakpastian menjadi hambatan. Selain itu, persaingan antarnegara dalam menarik investasi masuk juga tidak kalah sengit.
Sementara itu, dari sisi penanaman modal dalam negeri (PMDN), Sri Mulyani mengaku masih akan terus menjaga momentum pertumbuhannya. Seperti diketahui, realisasi PMDN pada kuartal I/2019 tercatat senilai Rp87,2 triliun atau tumbuh 14,13% dibandingkan kuartal I/2018 senilai Rp76,4 triliun.
“Kalau yang berasal dari PMDM masih sangat kuat. Ini kita harapkan momentumnya terjaga. Untuk FDI tahun lalu kan tekanannya juga cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan suku bunga yang meningkat dan terjadinya capital outflow,” jelas Sri Mulyani. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.