Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Pasca-BEPS, analisis fungsional seringkali digaungkan sebagai salah satu tahapan dalam analisis transfer pricing yang perlu diperhatikan oleh wajib pajak. Analisis fungsional sendiri merupakan proses yang cukup penting.
Analisis fungsional berperan untuk mengumpulkan fakta yang mencakup 3 hal, yakni fungsi, aset, serta risiko dari bisnis yang dijalankan. Oleh karena itu, analisis fungsional sering juga disebut analisis FAR.
Dalam analisis transfer pricing, analisis fungsional digunakan dalam beberapa proses. Salah satunya, dalam menjabarkan dan mendeskripsikan transaksi afiliasi. Selain itu, digunakan pula dalam menentukan kesebandingan antara transaksi afiliasi dengan transaksi independen. Hal ini disebutkan dalam Paragraf 1.51 OECD Transfer Pricing Guidelines 2022.
Selain tujuan utama tersebut, terdapat beberapa tujuan lainnya yang mana analisis fungsional diperlukan. Di antaranya adalah dalam menentukan pihak yang dijadikan tested party. Selain itu, digunakan juga dalam pemilihan metode transfer pricing yang paling sesuai.
Paragraf 1.51 OECD Transfer Pricing Guidelines 2022 memberikan panduan bahwa dalam melakukan analisis fungsional, wajib pajak perlu mengidentifikasi 3 hal. Pertama, kegiatan dan tanggung jawab yang dilakukan yang signifikan secara ekonomi. Kedua, aset yang digunakan atau dikontribusikan. Ketiga, risiko yang ditanggung oleh para pihak dalam transaksi.
Sebelum adanya Proyek Anti-BEPS, OECD Transfer Pricing Guidelines tidak memberikan suatu panduan mengenai bagaimana cara melakukan analisis fungsional. Barulah pada OECD Guidelines 2017, OECD memperkenalkan panduan analisis risiko yang terdiri dari enam tahapan. Panduan tersebut juga dipertahankan pada OECD TP Guidelines 2022.
Tujuan utama dari panduan analisis risiko tersebut adalah untuk memastikan bahwa remunerasi yang dialokasikan kepada entitas dalam grup sudah sesuai dengan aktivitas dan tanggung jawabnya masing-masing. Keenam tahapan dalam panduan tersebut secara akurat menjabarkan transaksi aktual adalah sebagai berikut ini, sebagaimana disebutkan dalam Paragraf 1.60 OECD Transfer Pricing Guidelines 2022.
Pertama, mengidentifikasi risiko bisnis yang bersifat signifikan. Kedua, menganalisis pengalokasian risiko di antara pihak-pihak yang bertransaksi berdasarkan kontrak. Ketiga, melakukan analisis fungsional sehubungan dengan risiko.
Keempat, interpretasi informasi tahapan (i) – (iii): menentukan apakah alokasi risiko berdasarkan kontrak konsisten dengan aktual yang terjadi. Kelima, alokasi risiko. Keenam, menentukan harga dari transaksi.
Ingin tahu bagaimana caranya mengaplikasikan keenam tahapan panduan analisis risiko tersebut serta melakukan karakterisasi usaha setelah dilakukan proses analisis fungsional? Pelajari bersama caranya dalam ADIT Exam Preparation Course - Batch 3 (Paper 3.03: Transfer Pricing) yang akan dimulai pada Jumat, 12 Mei 2023 secara online.
Sebagai informasi, Advance Diploma in International Taxation (ADIT) merupakan sertifikasi profesional mengenai pajak internasional yang dikeluarkan oleh Chartered Institute of Taxation di Inggris.
Salah satu module/paper ujiannya, yaitu transfer pricing, pada ujian-ujian sebelumnya beberapa kali menguji peserta ujian untuk melakukan analisis fungsional atas transaksi dalam suatu grup untuk kemudian melakukan karakterisasi usaha bagi masing-masing anggota grup.
Simak info selengkapnya mengenai program kelas persiapan ujian ADIT di artikel berikut
Kelas Persiapan Ujian ADIT oleh DDTC Batch 3 Sudah Dibuka!
Segera daftarkan diri Anda pada link berikut:
https://academy.ddtc.co.id/adit
Membutuhkan bantuan mengenai program ini? Hubungi Hotline DDTC Academy +62812-8393-5151 (Vira), email [email protected] (Vira), atau melalui akun Instagram DDTC Academy (@ddtcacademy). (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.