BERITA PAJAK HARI INI

Ini Tanggapan Bos Google Soal Kewajiban Pajak

Redaksi DDTCNews | Jumat, 16 Desember 2016 | 09:06 WIB
Ini Tanggapan Bos Google Soal Kewajiban Pajak

JAKARTA, DDTCNews – Proses kewajiban Google membayar pajak hingga kini masih berlanjut. Managing Director Google Indonesia, Tony Keusgen buka suara terkait hal tersebut. Berita ini mewarnai sejumlah media nasional pagi ini, Jumat, (16/12).

Tony Keusgen selaku Managing Director Google Indonesia mengungkapkan Google senantiasa menghormati regulasi pajak yang berlaku di Indonesia. Ia mengatakan akan kooperatif dengan pemerintah Indonesia untuk mengikuti proses yang telah ditetapkan.

Kendati demikian, dirinya enggan memberikan pernyataan terkait kepastian kapan Google membayar pajak selama perusahaannya beroperasi di Indonesia. Tony hanya menjelaskan Google akan segera memberikan update terkait hal ini.

Baca Juga:
Diatur Ulang, Kriteria Piutang Pajak Tak Tertagih yang Bisa Dihapuskan

Kabar lainnya datang dari 78% penerimaan pajak berasal dari pulau Jawa dan banyaknya pengusaha sektor energi yang tidak patuh pajak. Berikut ulasan ringkas beritanya:

  • 78% Penerimaan Pajak Berasal dari Pulau Jawa

Sebagai pulau dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia, Pulau Jawa memiliki posisi tertinggi dalam hal pembayaran pajak. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan lebih dari 78% penerimaan pajak Indonesia berasal dari Pulau Jawa. Persentase penerimaan pajak terbesar dari pulau Jawa juga di sisi lain menunjukan kegiatan ekonomi terbesar terjadi di Jawa. Pemerataan pembangunan di daerah lainnya juga dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian di luar pulau Jawa.

  • Mangkir Bayar Pajak, Tingkat Kepatuhan Sektor Energi Di Bawah 50%

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ‎mengaku heran dengan permintaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meringankan pajak para pengusaha di sektor energi, khususnya migas dan minerba. Padahal, dari riwayat kepatuhan pajak, banyak pengusaha sektor energi yang mangkir bayar pajak. Ia menyebutkan tingkat kepatuhan pajak para pengusaha di sektor energi masih di bawah 50%.

Baca Juga:
Sri Mulyani Tegaskan Penghematan Belanja Tak Dipengaruhi Kinerja Pajak
  • Perusahaan E-Commerce Berebut Kue Asia Tenggara

Sektor e-commerce Asia Tenggara yang tumbuh begitu cepat membuat raksasa-raksasa multinasional kepincut. Alibaba dan Amazon diperkirakan menjadi pemain besar yang akan bersaing ketat meraup kesempatan di kawasan ini tahun depan. Pasar Asia Tenggara yang memiliki populasi gabungan hingga 620 juta orang cenderung terfragmentasi dan memiliki keterbatasan infrastruktur pembayaran dan pengiriman, menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk masuk.

  • Tren Kinerja Ekspor Masih Meningkat

Neraca perdagangan November 2016 tercatat surplus US$837,8 juta. Hal itu ditandai dengan tren pertumbuhan ekspor yang diperkirakan masih terus berlanjut hingga 2017. Surplusnya neraca perdagangan ditopang oleh ekspor yang tumbuh 5,91% menjadi US$13,5 miliar dari bulan lalu. Perkembangan ekspor tersebut didorong oleh kenaikan ekspor non migas yang mencapai 6,04% dari Oktober. Sementara, ekspor minyak dan gas bumi hanya tumbuh sekitar 4,47%.

  • Daya Beli Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah Mulai Merosot

Berbagai kebijakan bantuan social yang dikucurkan pemerintah tampaknya belum berhasil mendorong daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal tersebut terlihat dari perkembangan upah riil masyarakat miskin yang turun pada November 2016 ini. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan penurunan ini disebabkan oleh inflasi di perkotaan pada November 2016 yang cukup tinggi, sehingga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan juga ikut tergerus.

  • Efek The Fed, Pasar Tetap Menggeliat

Fundamental makro ekonomi yang kokoh bakal meredam dampak kebijakan penaikan Fed Fund Rate. Kinerja pasar modal pun dinilai akan tetap bertenaga pada awal tahun depan. Meskipun kepastian pemulihan ekonomi global belum cukup meyakinkan, Kepala Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan Indonesia memiliki faktor pendorong yang dapat menopang laju IHSG, yakni atas laju pertumbuhan ekonomi sekitar 5%-5,2%, adanya aliran dana amnesti pajak dan reformasi kebijakan pemerintah. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 30 Januari 2025 | 09:30 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Diatur Ulang, Kriteria Piutang Pajak Tak Tertagih yang Bisa Dihapuskan

Selasa, 28 Januari 2025 | 10:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Tegaskan Penghematan Belanja Tak Dipengaruhi Kinerja Pajak

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

BERITA PILIHAN
Kamis, 30 Januari 2025 | 18:00 WIB TIPS PAJAK

Cara Ajukan Pembebasan PBB-P2 bagi Pensiunan PNS di DKI Jakarta

Kamis, 30 Januari 2025 | 17:55 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

Kamis, 30 Januari 2025 | 16:00 WIB PROVINSI JAWA BARAT

Dedi Mulyadi Ingin Pakai 100% Pajak Kendaraan untuk Pembangunan Jalan

Kamis, 30 Januari 2025 | 15:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Istri Pilih ‘Hanya Registrasi’ di Coretax, Perlu Lapor SPT Sendiri?

Kamis, 30 Januari 2025 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Ada Fasilitas KITE, Menko Airlangga Ingin Daya Saing UMKM Meningkat

Kamis, 30 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Ketentuan Terbaru Soal Penghapusan Piutang Pajak, Dowload di Sini!

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:55 WIB PENG-1/PJ/2025

DJP Perbarui Daftar Negara Tujuan Pertukaran Data Keuangan Otomatis

Kamis, 30 Januari 2025 | 13:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Harap Makan Bergizi Gratis Beri Dampak Besar ke Ekonomi