KEBIJAKAN PEMERINTAH

Inflasi Relatif Rendah, Sri Mulyani: Indonesia Tak Boleh Terlena

Dian Kurniati | Kamis, 07 Maret 2024 | 13:30 WIB
Inflasi Relatif Rendah, Sri Mulyani: Indonesia Tak Boleh Terlena

Ilustrasi. Warga membeli beras saat pasar murah di Bengkong, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (7/3/2024). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa.

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut laju inflasi Indonesia masih tergolong rendah di antara negara lainnya.

Sri Mulyani mengatakan tingkat inflasi global mulai mengalami penurunan walaupun masih tinggi. Menurutnya, Indonesia tetap perlu mewaspadai kenaikan inflasi, terutama jelang bulan puasa dan Lebaran.

"Kita tidak boleh terlena karena faktor inflasi dari pangan menunjukkan adanya kenaikan dan tekanan. Ini yang harus terus [diwaspadai dan diatasi] terutama pada saat menjelang Ramadan dan hari raya," katanya, Kamis (7/3/2024).

Baca Juga:
Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Sri Mulyani menuturkan Indonesia tercatat mengalami inflasi sebesar 2,6% (yoy) pada Januari 2023. Angka tersebut tergolong rendah apabila dibandingkan dengan negara lain, terutama Argentina yang mencapai 254,2% dan Turki 64,9%.

Dia menjelaskan komponen inflasi yang perlu diwaspadai ialah harga yang bergejolak, dari terutama pangan. Dia menilai pasokan pangan yang menurun telah menyebabkan kenaikan harga di berbagai negara.

Di Indonesia, komponen harga bergejolak pada Januari 2024 mengalami inflasi sebesar 7,22% dengan andil 1,14%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yakni beras, bawang putih, tomat, cabai merah, dan daging ayam ras.

Baca Juga:
Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

"Indonesia dalam situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi, kita miliki tingkat headline inflation cukup rendah," ujarnya.

Sri Mulyani menyebut laju inflasi yang terkendali menjadi salah satu indikator ekonomi Indonesia masih kuat di tengah situasi global yang menantang. Selain itu, ekonomi juga diperkirakan masih akan tumbuh pada kisaran 5% pada tahun ini.

Lebih lanjut, konsumsi domestik diprediksi masih relatif kuat didorong oleh peningkatan aktivitas perekonomian pada hari raya keagamaan dan libur akhir tahun, dan pelaksanaan pemilu.

Sementara itu, proyeksi dari berbagai lembaga dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 masih akan lemah atau belum pulih dari tahun lalu. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Minggu, 26 Januari 2025 | 12:00 WIB KEBIJAKAN BEA DAN CUKAI

PMK 115/2024 Berlaku, Penagihan Kepabeanan dan Cukai Bakal Lebih Mudah

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China