MALAYSIA

India Ancam Batasi Impor Minyak Sawit, Ini Respons Pengusaha Malaysia

Redaksi DDTCNews | Senin, 21 Oktober 2019 | 11:57 WIB
India Ancam Batasi Impor Minyak Sawit, Ini Respons Pengusaha Malaysia

Ilustrasi.

KUALA LUMPUR, DDTCNews – Malaysian Palm Oil Association (MPOA) menilai bisnis antara Malaysia dengan India akan berjalan seperti biasa meskipun India tengah mempertimbangkan pembatasan impor beberapa produk Malaysia, seperti minyak kelapa sawit.

Kepala Eksekutif MPOA Nageeb Wahab mengatakan jika India menjalankan keputusan untuk membatasi impor, akan ada dampak yang juga dialami India. Pasalnya. India harus mencari minyak sawit untuk dari Indonesia dengan harga berapapun yang ditetapkan.

“Sekarang, tentu saja, mereka menjual minyak sawit dengan harga lebih murah. Namun, ketika mereka menjadi satu-satunya [penjual ke India], mereka dapat menaikkan harga. Hal ini adalah implikasi yang harus mereka perhatikan dengan serius,” ujarnya.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Menguat! Berbalik Perkasa Atas Dolar AS

Nageeb berpendapat ini semua akan kembali normal dan Malaysia dapat terus memiliki perdagangan yang baik dengan India. Diketahui, ekspor Malaysia ke india mencapai US$10,8 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019. Sementara, impor tercatat senilai US$6,4 miliar.

India telah menjadi pembeli minyak kelapa sawit terbesar Malaysia sejak 2014, menggantikan China. Pembelian tersebut tercatat mengambil 28% dari total ekspor minyak sawit selama sembilan bulan pertama pada 2019.

Selain itu, adanya bea masuk preferensial atas minyak kelapa sawit olahan Malaysia untuk sembilan bulan pertama telah menaikkan pangsa pasar India secara signifikan dari yang sebelumnya 28,7% menjadi 57,8%.

Baca Juga:
Pemerintah Tata Ulang Lahan Kebun Sawit, Pastikan Kepatuhan Pengusaha

Menteri Industri Primer Teresa Kok mengungkapkan Malaysia sedang menjajaki sumber gula mentah dari India pada 2020 untuk meningkatkan perdagangan bilateral dengan India. Selain itu, Malaysia juga ingin mengimpor lebih banyak daging kerbau dari India.

Ditanya tentang proposal Kementerian Makanan India yang ingin meningkatkan integrated goods and services tax (IGST) pada impor minyak kelapa sawit olahan menjadi 12% mulai Januari 2020, Nageeb mengatakan itu bisa terjadi karena pemerintah berada di bawah tekanan dari pengilangan lokal.

“IGST dimungkinkan [untuk diterapkan]. Sekarang, orang lebih suka membeli minyak olahan sehingga kilang mereka tidak memiliki bisnis yang cukup dan ini akan mempengaruhi pasar kami. Pada akhirnya, harga minyak sawit ditentukan oleh penawaran dan permintaan,” paparnya.

Baca Juga:
Harga Referensi Melemah, Tarif Bea Keluar CPO Bulan Ini US$124 per MT

Seperti dilansir freemalaysiatoday.com, Nageeb mencatat bahwa ada beberapa tanda positif harga minyak sawit bergerak naik karena tingkat stok yang lebih rendah di dua produsen terbesar dunia yaitu Indonesia dan Malaysia.

“Jadi melihat skenario saat ini, saya percaya harga harus stabil di RM2.300 ke RM2.500 per ton pada 2020, yang masuk akal bagi petani kecil,” katanya. (MG-anp/kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 05 Februari 2025 | 08:47 WIB KURS PAJAK 05 FEBRUARI 2025 - 11 FEBRUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Menguat! Berbalik Perkasa Atas Dolar AS

Senin, 03 Februari 2025 | 14:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Tata Ulang Lahan Kebun Sawit, Pastikan Kepatuhan Pengusaha

Senin, 03 Februari 2025 | 09:30 WIB TARIF BEA KELUAR CPO

Harga Referensi Melemah, Tarif Bea Keluar CPO Bulan Ini US$124 per MT

Rabu, 29 Januari 2025 | 09:30 WIB KURS PAJAK 29 JANUARI 2025 - 04 FEBRUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Lanjutkan Rally Pelemahan terhadap Dolar AS

BERITA PILIHAN
Rabu, 05 Februari 2025 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pengecer Boleh Jualan Lagi, UMKM Dijamin Tetap Dapat Pasokan Elpiji

Rabu, 05 Februari 2025 | 14:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Kendala NIK Tidak Valid di Coretax DJP, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Rabu, 05 Februari 2025 | 14:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Tunda Bea Masuk 25 Persen untuk Produk Asal Kanada dan Meksiko

Rabu, 05 Februari 2025 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Selain Belanja Online, CN Dipakai untuk Barang Jamaah Haji dan Hadiah

Rabu, 05 Februari 2025 | 12:07 WIB PERTUMBUHAN EKONOMI 2024

Mobilitas Penduduk Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga 2024 Tumbuh 4,94%

Rabu, 05 Februari 2025 | 11:25 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

BPS Umumkan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 5,03 Persen