Karyawan mengawasi proses pemasukan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit kedalam mesin untuk pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Jumat (21/7/2023). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Perdagangan mencatat harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) mengalami penurunan meski tidak sampai berdampak pada tarif bea keluar yang dikenakan.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso mengatakan harga referensi CPO periode 1-15 September 2023 senilai US$805,2 per metric ton (MT) atau menurun 1,85% dari periode 16-31 Agustus 2023. Meski demikian, tarif bea keluar atas ekspor CPO tetap senilai US$33 per MT.
"Harga referensi CPO turun mendekati ambang batas US$680 per MT. Meruju pada PMK saat ini, pemerintah mengenakan bea keluar CPO senilai US$33 per MT dan pungutan ekspor CPO sebesar US$85 per MT untuk periode 1-15 September 2023," katanya, dikutip pada Jumat (1/9/2023).
Budi mengatakan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi penurunan harga referensi CPO di antaranya penurunan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan bunga matahari, pelemahan mata uang ringgit Malaysia terhadap dolar AS, serta penurunan permintaan minyak sawit.
Faktor lainnya, pembebasan tarif bea masuk minyak kedelai dan bunga matahari oleh India.
Harga referensi tersebut juga sudah tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 1646 Tahun 2023 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Tarif bea keluar CPO periode 16-31 Agustus 2023 ini merujuk pada kolom angka 4 lampiran huruf C PMK 123/2022.
Melalui PMK 123/2022, kini diatur harga referensi CPO di atas US$680 dikenai bea keluar, lebih rendah dari ketentuan yang lama senilai US$750. PMK 123/2022 merevisi acuan rentang harga referensi CPO, dari yang sebelumnya diatur dalam PMK 98/2022.
Revisi itu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan harga CPO di pasar global serta mendukung kebijakan hilirisasi di dalam negeri.
Sementara itu, harga referensi biji kakao pada periode September 2023 ditetapkan senilai US$3.439,72 per MT, menguat 2,8% dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada peningkatan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada September 2023 menjadi US$3.129 per MT, naik 3,04% dari periode sebelumnya. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.