PRESIDEN JOKO WIDODO:

'Enggak Ada Progress yang Signifikan'

Redaksi DDTCNews | Senin, 29 Juni 2020 | 12:37 WIB

JAKARTA, DDTCNews—Presiden Joko Widodo mengkritik para pembantunya yang dinilai tidak memiliki sense of crisis dan bekerja ala kadarnya. Ia menyebutkan tidak ada perkembangan signifikan terkait dengan kinerja para menteri dan pimpinan lembaga.

Presiden mengatakan 3 bulan ke belakang dan beberapa bulan ke depan adalah masa krisis akibat pandemi. Namun, dia melihat masih ada anggota kabinet yang bekerja biasa saja. Padahal, OECD sudah memprediksi perekonomian dunia tahun ini terkontraksi 6%-7,6%, Bank Dunia minus 5%.

Baca Juga:
Kebijakan Perpajakan dalam 10 Tahun Pemerintahan Jokowi

“Saya melihat masih banyak kita yang menganggap ini normal. Lha kalau saya lihat Bapak Ibu dan Saudara-saudara melihat ini sebagai sebuah masih normal, berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang ekstra harus luar biasa, extra ordinary,” katanya.

Presiden Jokowi mengatakan hal tersebut di hadapan Sidang Kabinet Paripurna yang digelar secara tertutup, Minggu (18/6/2020). Namun, rekaman sidang tersebut baru beredar Minggu, (28/6/2020). Video rekaman rapat tersebut dinggah ke Youtube Sekretariat Presiden.

Presiden mengatakan dengan suasana krisis, semua kebijakan menteri harus berada pada suasana krisis. Dengan demikian, tidak mengeluarkan kebijakan biasa saja, dan menganggap ini kenormalan. Dalam suasana krisis, jangan memakai hal standar. Manajemen krisis berbeda semua.

Baca Juga:
Pasca-Pandemi, Negara-negara Mulai Perketat Pemberian Insentif Pajak

“Kalau perlu perpu, perpu saya keluarkan. Kalau saudara punya peraturan menteri, keluarkan. Tanggung jawab kita pada 267 juta rakyat. Saya lihat masih banyak kita ini seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan. Ini krisis,” katanya.

Selain itu Presidan juga memperingatkan agar belanja di kementerian segera dipercepat. Dengan demikian, uang beredar semakin banyak dan mendorong konsumsi masyarakat. Ia mencontohkan belanja bidang kesehatan Rp75 triliun, itu baru keluar 1,53%.

“Coba, uang beredar di masyarakat kering. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan yang tepat sasaran, sehingga men-trigger ekonomi. Pembayaran tunjangan dokter, dokter spesialis, tenaga medis, segera keluarkan, belanja peralatan, segera keluarkan, ini sudah disediakan,” katanya.

Baca Juga:
Jokowi Teken Aturan Soal Cadangan Energi, Jaga-Jaga Situasi Krisis

Kemudian belanja bantuan sosial (bansos). Meski lumayan, kata Jokowi, tetapi itu baru lumayan. Karena extra ordinary, harusnya bansos sudah terealisasi 100%. Begitu pula dengan stimulus ekonomi, harus segera dirasakan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan industri padat karya.

“Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu. Enggak ada artinya. Industri padat karya, beri prioritas supaya enggak ada PHK. Jangan sudah PHK duit belum masuk gara-gara peraturan. Ini extra ordinary. Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progress yang signifikan,” tandasnya.

Karena itu, Presiden siap mempertaruhkan reputasi politiknya demi 267 juta rakyat Indonesia, misalnya untuk melakukan langkah extra ordinary seperti membuat perpu lagi kalau masih diperlukan agar stimulus ekonomi tersebut dapat segera tersalurkan.

“Saya akan buka langkah politik dan pemerintahan. Bisa saja, membubarkan lembaga, resafel, udah kepikiran ke mana2 saya. Kalau bapak ibu tidak merasakan itu, sudah, artinya tindakan extra ordinary keras akan saya lakukan. Saya rasa itu,” pungkas Presiden. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR

0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:30 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Kebijakan Perpajakan dalam 10 Tahun Pemerintahan Jokowi

Sabtu, 07 September 2024 | 14:30 WIB PERPRES 96/2024

Jokowi Teken Aturan Soal Cadangan Energi, Jaga-Jaga Situasi Krisis

Minggu, 01 September 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kelas Menengah Indonesia Turun, Jokowi: Problem di Hampir Semua Negara

BERITA PILIHAN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja