INSENTIF FISKAL

DJP Sebut Sektor Perdagangan Paling Banyak Manfaatkan Insentif Pajak

Muhamad Wildan | Kamis, 18 Juni 2020 | 11:39 WIB
DJP Sebut Sektor Perdagangan Paling Banyak Manfaatkan Insentif Pajak

Ilustrasi DJP. (DDTCNews)

JAKARTA, DDTCNews—Ditjen Pajak (DJP) mencatat wajib pajak dari sektor perdagangan menjadi yang paling banyak memanfaatkan insentif pajak yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 44/2020.

Kepala Subdirektorat Hubungan Masyarakat Perpajakan DJP Ani Natalia Pinem mengambil contoh insentif pajak penghasilan (PPh) pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP). Sekitar 40% wajib pajak yang memanfaatkan fasilitas tersebut adalah sektor perdagangan.

"Kalau ditanya jenis usaha paling banyak memanfaatkan adalah usaha perdagangan yang paling banyak dan disusul oleh sektor industri. Sektor perdagangan mencapai sekitar 40%," kata Ani, Kamis (18/6/2020).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Hal yang sama juga terjadi pada pemanfaatan fasilitas PPh pasal 25. Dari 886 klasifikasi lapangan usaha (KLU) yang eligible, yang paling banyak memanfaatkan insentif ini adalah dari sektor perdagangan.

Secara total, 90% dari KLU yang terlampir dalam PMK No. 44/2020 telah memanfaatkan insentif ini. Namun demikian, jumlah wajib pajak yang memanfaatkan insentif tersebut tercatat baru sekitar 355.000 wajib pajak.

Sementara untuk insentif PPh final UMKM DPT, jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan sebanyak 192.000 UMKM. Sementara fasilitas PPh pasal 21 DTP sudah dimanfaatkan oleh 103.000 wajib pajak pemberi kerja kepada pekerjanya.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Ani menambahkan DJP saat ini terus mendorong wajib pajak untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah melalui PMK No. 44/2020. Saat ini, lanjutnya, wajib pajak yang memanfaatkan fasilitas masih tergolong kecil dan ini menjadi bahan evaluasi DJP.

"Sosialisasinya mungkin kurang maksimal. Namun perlu diingat, dari semua permohonan yang diajukan, sekitar 93% dikabulkan oleh DJP," kata Ani.

Ani menambahkan minimnya wajib pajak yang memanfaatkan insentif tersebut juga mungkin dikarenakan wajib pajak belum terbiasa menggunakan layanan online mengingat layanan tatap muka di seluruh kantor pajak sempat ditutup. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN