PEREKONOMIAN GLOBAL

Bos IMF: Cuaca Semakin Tidak Menentu

Redaksi DDTCNews | Senin, 08 April 2019 | 14:11 WIB
Bos IMF: Cuaca Semakin Tidak Menentu

Managing Director IMF Christine Lagarde saat berbicara di hadapan Kamar Dagang Amerika Serikat, Selasa (2/4/2019).

JAKARTA, DDTCNews – International Monetary Fund (IMF) menilai cuaca perekonomian global saat ini 'tidak menentu' (unsettled). Perekonomian global tengah dilanda momen yang sulit.

Hal ini diungkapkan Managing Director IMF Christine Lagarde saat berbicara di hadapan Kamar Dagang Amerika Serikat, Selasa (2/4/2019). Setahun lalu ada momen ‘matahari bersinar sehingga waktunya memperbaiki atap’. Namun, enam bulan lalu, IMF melihat ada ‘awan risiko di Cakrawala’.

“Saat ini, cuaca semakin ‘tidak menentu’ [unsettled]. … Memang, ekonomi global berada pada ‘momen yang sulit’ [delicatemoment],” katanya, seperti dikutip dari laman resmi IMF, Senin (8/4/2019).

Baca Juga:
Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Dia menjabarkan situasi tidak menentu ini terlihat setelah pada Januari 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dan 2020 sekitar 3,5%, lebih rendah dari sebelumnya meski masih masuk akal.

Pasalnya, sejak saat itu, dunia kehilangan momentum lebih lanjut. Kondisi ini akan dijabarkan IMF dalam World Economic Outlookyang akan dirilis pekan ini bersamaan dengan gelaran Spring Meetings 2019 World Bank—IMF pada 8—14 April 2019 di Washington, D.C.

Lagarde mengatakan baru dua tahun lalu, sekitar 75% ekonomi global menunjukkan ada peningkatan. Namun, tahun ini, IMF memproyeksi sekitar 70% ekonomi global justru akan mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga:
Tersisa 1% NPWP Belum Padan dengan NIK, DJP Instruksikan Ini ke WP

“Tapi, untuk lebih jelasnya, kami tidak melihat resesi dalam waktu dekat. Bahkan, kami mengharapkan beberapa peningkatan pertumbuhan di paruh kedua 2019 dan memasuki 2020,” imbuhnya.

Pelambatan ekonomi global sebagian besar dikarenakan meningkatnya ketegangan perdagangan dan pengetatan keuangan pada paruh kedua 2018. Pada saat yang bersaman, kegiatan ekonomi global akan diuntungkan laju normalisasi moneter yang lebih lambat dari bank-bank sentral utama – dipimpin oleh The Fed AS – dan peningkatan stimulus seperti dari China.

Respons kebijakan tersebut telah mendukung pelonggaran kondisi keuangan dan peningkatan aliran modal ke pasar negara berkembang. Di beberapa pasar negara berkembang, mata uangnya telah menguat relatif terhadap dolar AS.

Baca Juga:
Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Rosan: Investasi Harus Ditingkatkan

Namun demikian, dia melihat masih ada kerentanan risiko penurunan karena beberapa dampak dari ketidakpastian seperti Brexit, tingginya utang di beberapa sektor dan negara, tingginya ketegangan perang dagang, serta perasaan tidak nyaman di pasar keuangan.

Dia menyebut salah satu contoh, jika ada pengetatan kondisi keuangan yang lebih tajam dari yang diperkirakan, akan muncul tantangan serius bagi banyak pemerintah dan perusahaan untuk refinancing dan utang. Ini pada akhirnya dapat memperkuat volatilitas nilai tukar dan koreksi pasar keuangan.

“Jadi memang, ini adalah saat yang sulit yang mengharuskan kita untuk ‘menangani dengan hati-hati’. Ini berarti bahwa kita tidak hanya harus menghindari salah langkah kebijakan, tetapi juga pastikan untuk mengambil langkah kebijakan yang tepat,” jelas Lagarde.

Dia melihat ada tiga bidang tindakan yang saling menguatkan. Ketiga bidang itu mencakup kebijakan domestik, kebijakan lintas batas, dan upaya terkoordinasi untuk mengatasi tantangan global utama yang tengah dihadapi. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Senin, 14 Oktober 2024 | 08:37 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Tersisa 1% NPWP Belum Padan dengan NIK, DJP Instruksikan Ini ke WP

Minggu, 13 Oktober 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Rosan: Investasi Harus Ditingkatkan

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN