EFEK VIRUS CORONA

BKF Sebut Kinerja APBN 2020 Tidak Kalah dari Malaysia Hingga AS

Dian Kurniati | Senin, 11 Januari 2021 | 16:50 WIB
BKF Sebut Kinerja APBN 2020 Tidak Kalah dari Malaysia Hingga AS

Kepala BKF Febrio Kacaribu. (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyebut dengan APBN, pemerintah bekerja keras untuk menahan pemburukan masalah kesehatan dan ekonomi sepanjang 2020. Kinerjanya tidak kalah dari negara lain seperti Malaysia, Prancis, dan AS.

Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah melalui APBN telah memperbesar belanja untuk menangani masalah kesehatan, memberikan perlindungan sosial, serta mendukung pemulihan dunia usaha. Defisit APBN 2020 melebar hingga 6,09% terhadap PDB, dari biasanya di bawah 3%.

"Meskipun [defisit] relatif kecil dibandingkan negara-negara lain, APBN Indonesia telah bekerja secara optimal sebagai instrumen kebijakan countercyclical di masa pandemi," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (11/1/2021).

Baca Juga:
BKF: Ekonomi 2025 Tetap Bakal Tumbuh di Atas 5% Meski PPN Jadi 12%

Febrio mengatakan semua negara di dunia mengarahkan kebijakan fiskalnya untuk membantu memperbaiki cash flow masyarakat dan dunia usaha melalui insentif perpajakan. Secara bersamaan, kebutuhan berbagai belanja juga melonjak sehingga defisit anggaran turut melebar.

Menurutnya, realisasi defisit APBN 2020 masih tergolong kecil dibandingkan negara lain, baik di kawasan Asean maupun di antara negara G20. Misalnya, defisit Malaysia sebesar 6,5%, Filipina 8,1%, India 3,1%, Jerman 8,2%, Prancis 10,8%, dan Amerika Serikat (AS) 18,7% terhadap PDB.

Dengan menjadikan APBN sebagai bantalan ekonomi, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi 2020 akan terkontraksi 2,2%. Febrio menilai kontraksi pertumbuhan itu masih lebih baik dibandingkan dengan mayoritas negara Asean seperti Malaysia yang diperkirakan terkontraksi 6%, Filipina minus 8,3%, Thailand minus 7,1%, dan Singapura minus 6%.

Baca Juga:
Soal Daya Saing RI saat Tarif PPN Jadi 12 Persen, Ini Kata Kepala BKF

Sementara itu, dibanding negara-negara G20 seperti Perancis, kontraksi pertumbuhannya diperkirakan mencapai 9,8%, sedangkan Jerman minus 6% dan India minus 10,3%. Hanya China yang diprediksi mampu tumbuh positif 1,9%.

Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satunya berasal dari mulai membaiknya Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang pada akhir tahun mencapai 51,3. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga menguat seiring dengan membaiknya aliran modal pada akhir tahun. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 23 Desember 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Jasa Layanan QRIS Kena PPN 12%, Pembeli Tak Kena Beban Pajak Tambahan

Minggu, 22 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

BKF: Ekonomi 2025 Tetap Bakal Tumbuh di Atas 5% Meski PPN Jadi 12%

Minggu, 22 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Soal Daya Saing RI saat Tarif PPN Jadi 12 Persen, Ini Kata Kepala BKF

Senin, 16 Desember 2024 | 16:30 WIB LAPORAN BELANJA PERPAJAKAN 2023

Begini Proporsi Penerima Fasilitas Pembebasan PPN atas Kebutuhan Pokok

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra