Gubernur BI Perry Warjiyo. (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 4,1%-5,1%, dari sebelumnya 4,3%-5,3%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan revisi itu mempertimbangkan beberapa aspek, seperti masih terbatasnya mobilitas masyarakat di tengah upaya pemerintah untuk melakukan akselerasi program vaksinasi nasional.
Mobilitas yang terbatas itu misalnya dapat terlihat dari penerapan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro yang terus diperpanjang dan diperluas. Simak ‘PPKM Mikro Diperpanjang Hingga 3 Mei 2021 dan Berlaku di 25 Provinsi’.
"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2021 akan berada pada kisaran 4,1%-5,1%," katanya melalui konferensi video, Selasa (20/4/2021).
Perry mengatakan vaksinasi Covid-19 memiliki peran penting untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Meski vaksinasi telah berjalan, perbaikan konsumsi swasta yang tercermin dari indikator ekspektasi konsumen dan penjualan eceran sampai dengan Maret 2021 masih cenderung terbatas.
Menurutnya, tren perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik, terutama didukung membaiknya kinerja ekspor dan belanja fiskal. BI pun memproyeksi kinerja ekspor terus membaik, bahkan lebih tinggi dari proyeksi awal tahun. Peningkatan ekspor didorong komoditas minyak kelapa sawit mentah, bijih logam, pulp and waste paper, serta kendaraan bermotor dan besi baja.
Perry menyebut membaiknya perekonomian di beberapa negara, terutama China, membuat permintaan impor atas komoditas-komoditas tersebut meningkat. Secara spasial, kinerja ekspor di beberapa wilayah juga terus menunjukkan perbaikan, seperti di wilayah Jawa, Sulawesi. Maluku, dan Papua.
Di sisi lain, stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk bantuan sosial, belanja barang, dan belanja modal terus meningkat lebih tinggi dari estimasi Berbagai stimulus itu tertuang dalam program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan anggaran mencapai Rp699,48 triliun pada tahun ini atau naik 22% dari realisasi pada 2020.
"Ke depan, perbaikan ekonomi domestik diprakirakan akan semakin membaik didukung oleh perbaikan kinerja ekspor, berlanjutnya stimulus fiskal, dan perbaikan investasi sebagaimana tercermin pada PMI [Purchasing Managers Index] manufaktur yang terus meningkat," ujarnya.
Sementara itu, BI justru menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 5,1% menjadi 5,7% tahun ini. Perry menyebut perkembangan tersebut terutama didorong membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan China yang lebih cepat dibandingkan dengan negara lainnya.
Pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi itu juga terkonfirmasi dari perkembangan sejumlah indikator dini pada Maret 2021, seperti data PMI manufaktur, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel di beberapa negara yang terus meningkat. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.