Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 kembali mengalami surplus senilai US$5,67 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan ekspor tercatat US$24,81 miliar dan impor mencapai US$19,14 miliar. Dia menyebut surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam 30 bulan terakhir secara berturut-turut.
"Neraca perdagangan sampai dengan Oktober 2022 kalau kita lihat tren ke belakang, membukukan surplus 30 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," katanya, Selasa (15/11/2022).
Setianto menuturkan nilai ekspor Indonesia Oktober 2022 senilai US$24,81 miliar, atau tumbuh 12% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas tercatat senilai $23,43 miliar, tumbuh 11% dibandingkan dengan Oktober 2021.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar, meningkat 31% dibanding dengan periode yang sama 2021. Khusus ekspor nonmigas, terjadi peningkatan sebesar 31%.
Secara bulanan, peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada Oktober 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 14%, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar 39%.
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan mengalami kenaikan 20% secara tahunan. Hal serupa juga terjadi pada ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan yang naik 14%, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 83%.
Ekspor nonmigas pada Oktober 2022 terbesar terjadi ke China senilai US$6,25 miliar. Disusul India sejumlah US$2,12 miliar dan Amerika Serikat (AS) US$2,07 miliar. Kontribusi ketiganya mencapai 45% dari total ekspor nonmigas.
Dari sisi impor, realisasinya mencapai US$19,13 miliar, tumbuh 17% dibandingkan dengan Oktober 2021. Kemudian, impor migas senilai US$3,36 miliar, tumbuh 77% dan impor nonmigas tumbuh sebesar 10%.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar secara bulanan terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar 35,97%, sedangkan peningkatan terbesar adalah pupuk 48,8%.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari hingga Oktober 2022, yaitu China senilai US$55,49 miliar. Disusul Jepang sejumlah US$14,14 miliar, dan Thailand senilai US$9,25 miliar.
Berdasarkan golongan penggunaan barang, lanjut Setianto, terjadi kenaikan impor pada barang konsumsi sebesar 4% secara tahunan, bahan baku/penolong sebesar 30%, dan barang modal sebesar 32%.
"Untuk bahan baku/penolong, menyumbang 76,91% dari total impor Indonesia," ujarnya. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.