Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Merebaknya pandemi Covid-19 di seluruh penjuru dunia tidak hanya berimplikasi pada aspek kesehatan, tetapi juga akan memberikan dampak yang luas terhadap berbagai sendi perekonomian.
Pemerintah sendiri, dalam skenario terburuk, memprediksi outlook pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa minus 0,4%. Hal ini menjadi salah satu bahasan yang diurai oleh DDTC Fiscal Research dalam Indonesia Taxation Quarterly Report (Q1-202o) bertajuk ‘Global Tax Policy Responses to Covid-19 Crisis’. Download laporan tersebut di sini.
Prediksi itu lumrah mengingat lembaga internasional sekelas IMF menyatakan implikasi penyebaran Covid-19 terhadap ekonomi akan lebih besar ketimbang saat krisis keuangan 2007-2008. Secara global, berbagai institusi internasional juga memprediksi terjadinya kontraksi ekonomi dari sebesar 1,1% hingga 2,9%.
“IMF sendiri memprediksi dampaknya ke seluruh dunia akan lebih besar ketimbang saat krisis keuangan tahun 2007-2008,” demikian pernyataan DDTC Fiscal Research.
Terjadinya kontraksi ekonomi pastilah akan memberikan efek domino terhadap kinerja pajak. Tidak tanggung-tanggung berdasarkan outlook yang diberikan pemerintah, penerimaan pajak diprediksi berpotensi tumbuh minus 5,9% dibanding tahun lalu. Simak artikel ‘APBN Perubahan 2020, Penerimaan Pajak Turun 23,65% dari Target Awal’.
Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh lesunya perekonomian, tetapi juga merupakan buntut dari berbagai relaksasi administrasi dan kebijakan yang harus diberikan pemerintah untuk menopang keberlangsungan aktivitas ekonomi bisnis dan rumah tangga.
Pandemi Covid-19 juga kiranya akan berpengaruh terhadap pajak internasional. Mengutip pandangan dari Vanistendael (2020), kondisi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pada alur rantai nilai dan distribusi produk. Sehingga, akan ada pengaruh yang besar bagi proses pembentukan nilai (value creation) dan praktik penggerusan basis pajak (base erosion and profit shifting/BEPS) di masa yang akan datang.
Di sisi lain, dalam konteks domestik, situasi sulit ini akan memberikan pandangan yang lebih jelas atas adanya ketimpangan yang terjadi di masyarakat. Pasalnya, masyarakat berpendapatan rendah tentu akan lebih terdampak akibat pandemi ini.
Hal ini diperkirakan mendorong perumus kebijakan untuk mempertimbangkan ulang bagaimana seharusnya beban pajak didistribusikan secara adil. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Rendahnya penerimaan pajak akibat dampak dari Covid-19 adalah konsekuensi yang harus diterima pemerintah. Namun, bukan berarti hal buruk tersebut juga diperburuk dengan tindakan menunda kewajiban perpajakan yang memiliki peran penting. Peran wajib pajak dengan tidak menunda kewajiban perpajakan secara tidak langsung sudah membantu negara dalam berjuang memfasilitasi para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam menyembuhkan dan menghentikan laju wabah ini. Setidaknya, inilah cara wajib pajak dalam upaya mendukung pemberantasan pandemi Covid-19.