INDIA

Beban Pajak Naik, Banyak Pedagang Perhiasan yang Tutup Usahanya

Redaksi DDTCNews | Rabu, 07 Agustus 2019 | 15:47 WIB
Beban Pajak Naik, Banyak Pedagang Perhiasan yang Tutup Usahanya

Ilustrasi. (foto: tribuneindia)

MUMBAI, DDTCNews – Makin tingginya beban pajak atas penjualan emas dan perhiasan di India memicu aksi penutupan tempat usaha. Pelaku usaha lebih memilih untuk berpindah ke pasar ilegal yang tidak tersentuh pajak.

Direktur Pelaksana World Gold Council (WGC) di India Somasundaram PR mengatakan peningkatan bea impor baru-baru ini merugikan pebisnis di sektor yang terorganisir. Alhasil, banyak praktik penutupan bisnis legal.

“Kami memperkirakan penyelundupan emas India sebesar 100 ton selama beberapa tahun terakhir, meningkat sejak bea masuk ditingkatkan dalam Anggaran 2019 yang bertentangan dengan ekspektasi pasar,” katanya, Rabu (7/8/2019).

Baca Juga:
Uni Eropa Siapkan Retaliasi atas Kebijakan Bea Masuk Trump

Dengan adanya kenaikan pemajakan terhadap perhiasan impor, pebisnis di ranah formal secara bertahap akan kembali ke bisnis sektor yang tidak terorganisir dengan menutup bisnis mereka yang sudah ada. Proses pergeseran telah dimulai sebelum pengumuman anggaran.

Dalam Anggaran Union 2019, bea masuk perhiasan impor naik 2,5 poin yang menyebabkan penjualan perhiasan dikenai beban pajak sebesar 15,5%. Beban tersebut terdiri dari bea masuk 12,5% dan goods and services tax (GST) 3%.

Demonetisasi pada 2016 dan penerapan GST pada 2017 sudah membuat penjual perhiasan dihadapkan pada pilihan untuk mengembangkan atau menutup bisnis mereka. Ini dikarenakan penjual sulit untuk bersaing dengan pedagang perhiasan ilegal di grey market yang tidak dipajaki.

Baca Juga:
Trump Tunda Bea Masuk 25 Persen untuk Produk Asal Kanada dan Meksiko

Ketua Dewan Perdagangan Permata & Perhiasan Seluruh India (Gems & Jewellery Trade Counci/GJC) Anantha Padmanaban mengatakan banyak pelaku yang menutup toko dan pabrik mereka untuk sementara. Sebagian toko dan pabrik benar-benar ditutup. Menurutnya, situasi di seluruh industri perhiasan sangat paradoks.

Seperti dilansir business-standard.com, untuk mengatasi situasi yang sedang berlangsung di sektor perhiasan, delegasi GJC akan segera bertemu dengan Kementerian Keuangan untuk mencari solusi masalah yang sedang berlangsung. (MG-dnl/kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 06 Februari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

Tarif 9 Jenis Pajak Daerah yang Ditetapkan Pemkab Kutai Kartanegara

Kamis, 06 Februari 2025 | 10:30 WIB BELGIA

Uni Eropa Siapkan Retaliasi atas Kebijakan Bea Masuk Trump

Kamis, 06 Februari 2025 | 10:29 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

100 Hari Prabowo, Sri Mulyani Sebut Bea Cukai Lakukan 6.187 Penindakan

Kamis, 06 Februari 2025 | 10:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ayo Pahami Lagi Makna ‘Benar-Lengkap-Jelas’ dalam Laporan SPT Tahunan

Kamis, 06 Februari 2025 | 09:30 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Ekonomi 2024 Tumbuh 5,03 Persen, Sri Mulyani Beberkan Peran APBN

Kamis, 06 Februari 2025 | 08:55 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pakai NPWP 9990000000999000, Bupot Tak Ter-Prepopulated ke SPT Tahunan

Rabu, 05 Februari 2025 | 19:30 WIB BEA CUKAI PURWOKERTO

DJBC Cegat Mobil Penumpang di Banyumas, Angkut 280.000 Rokok Ilegal

Rabu, 05 Februari 2025 | 19:00 WIB CORETAX SYSTEM

Bukti Potong Dibuat Pakai NPWP Sementara, Perhatikan Konsekuensinya

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:30 WIB PMK 136/2024

Definisi Pajak Tercakup Menurut Ketentuan Pajak Minimum Global

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:17 WIB KAMUS PAJAK

Apa Itu Pajak Minimum Global? (Update PMK 136/2024)