KEBIJAKAN PAJAK

Banyaknya Pengecualian PPN Sebabkan Ketimpangan Antarsektor Usaha

Muhamad Wildan | Minggu, 12 September 2021 | 08:00 WIB
Banyaknya Pengecualian PPN Sebabkan Ketimpangan Antarsektor Usaha

Plt Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara (PKPN) BKF Pande Putu Oka Kusumawardani

JAKARTA, DDTCNews - Pengurangan atas jenis barang dan jasa yang dikecualikan dari PPN seperti yang diusulkan pemerintah pada RUU KUP diperlukan untuk menciptakan perlakuan pajak yang lebih adil antarsektor ekonomi.

Plt Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara (PKPN) BKF Pande Putu Oka Kusumawardani mencatat masih terdapat beberapa sektor perekonomian yang kontribusi PPN-nya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan kontribusinya terhadap PDB.

"Banyaknya pengecualian atas barang dan jasa serta fasilitas menciptakan distorsi dan ketimpangan kontribusi sektor usaha terhadap PDB ketimbang penerimaan PPN," katanya dikutip pada Minggu (12/9/2021).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Setidaknya terdapat lima sektor yang memiliki kontribusi minim terhadap realisasi PPN dalam negeri. Kelima sektor tersebut antara lain sektor pertanian, pertambangan, jasa keuangan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan.

Sektor pertanian yang notabene adalah sektor terbesar keempat di Indonesia dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,6% ternyata hanya berkontribusi sebesar 1,7% terhadap penerimaan PPN pada 2016 hingga 2019.

Sektor pertambangan yang berkontribusi sebesar 7,8% terhadap PDB hanya memberikan sumbangsih PPN dalam negeri sebesar 2,1%. Jasa keuangan yang memiliki kontribusi terhadap PDB sebesar 4,4% hanya berkontribusi sebesar 1,3% terhadap realisasi PPN.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Sementara itu, jasa pendidikan dan kesehatan tercatat hanya memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,1% terhadap penerimaan PPN dalam negeri. Untuk itu, pemerintah melakukan reformasi kebijakan PPN melalui RUU KUP.

Sebagai informasi, pemerintah berencana menerapkan skema PPN multitarif dengan range 5% hingga 25%. Pemerintah juga mewacanakan kenaikan tarif PPN dari 10% menjadi 12% dan mengurangi barang dan jasa yang dikecualikan dari PPN. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

12 September 2021 | 23:19 WIB

Kelemahan dari sistem PPN di Indonesia ini hanya satu yaitu masih banyak pengecualian PPN, sehingg cukup menghambat reformasi PPN yang ingin dilakukan

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN