Kendaraan yang akan menyeberang ke Sumatera melewati jembatan penghubung masuk ke kapal ferry di Dermaga I Pelabuhan Merak, Banten, Kamis (28/5/2020). Menurut data PT ASDP dalam dua hari terakhir tercatat hanya ada 298 orang dan 679 kendaraan yang menyeberang atau turun 97% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww)
JAKARTA, DDTCNews - Bank Dunia memproyeksikan ekonomi dunia tahun ini akan mengalami resesi yang parah, bahkan yang terdalam sejak Perang Dunia II berakhir tahun 1945.
Dalam laporannya bertajuk Global Economic Prospects, Bank Dunia menyebut ekonomi global bakal kontraksi hingga 5,2% tahun ini. Hal itu disebabkan guncangan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi virus Corona.
"Ini akan menjadi resesi global terdalam sejak Perang Dunia II, dan hampir tiga kali lebih curam dari resesi global 2009," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Selasa (9/6/2020).
Laporan itu juga menyebut aktivitas ekonomi di berbagai negara maju bakal terkontraksi hingga 7% tahun ini lantaran anjloknya permintaan, gangguan pada rantai pasok perdagangan, serta tekanan pada pasar keuangan di dalam negeri.
Amerika Serikat, misalnya, yang pertumbuhan ekonominya diperkirakan terkontraksi 6,1%, sedangkan China hanya tumbuh 1%.
Menurut laporan tersebut, aktivitas ekonomi di seluruh negara Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, diperkirakan akan terkontraksi 1,2% tahun ini sebelum rebound hingga 5,4% pada 2021.
Kontraksi terdalam misalnya, terjadi di Malaysia yang terkontraksi 3,1%, Filipina minus 1,9%, dan Thailand minus 5%.
Untuk Indonesia, laporan itu memproyeksikan ekonomi tahun ini akan tumbuh 0%. Kondisi akan mulai membaik pada 2021, karena pertumbuhan ekonomi diramal sebesar 4,8%.
Pasar dan ekonomi negara berkembang (EMDEs) juga diproyeksi terkontraksi 2,5% pada 2020. Menurut Bank Dunia, kontraksi itu menjadi yang pertama pada EMDEs sebagai sebuah kelompok, setidaknya dalam 60 tahun terakhir.
"Dengan lebih dari 90% EMDEs diperkirakan mengalami kontraksi dalam pendapatan per kapita tahun ini, jutaan orang kemungkinan besar akan jatuh kembali ke dalam jurang kemiskinan," bunyi laporan tersebut.
Bank Dunia menilai EMDEs sebagai kelompok negara yang rentan sehingga perlu memberi lebih banyak perhatian pada kebijakan ekonomi untuk mengurangi dampak pandemi dan melindungi kelompok rentan.
Kemudian juga untuk meningkatkan kapasitas negara guna mencegah dan mengatasinya hal serupa di masa depan.
Sejalan dengan itu, sambung laporan tersebut, negara berkembang juga harus memperkuat sistem kesehatan publik sekaligus jaring keamanan sosial. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.