AMERIKA SERIKAT

24 Juta SPT Belum Diproses, Pencairan Restitusi Molor 10 Bulan Lebih

Muhamad Wildan | Senin, 14 Februari 2022 | 11:00 WIB
24 Juta SPT Belum Diproses, Pencairan Restitusi Molor 10 Bulan Lebih

Ilustrasi.

WASHINGTON D.C., DDTCNews - Puluhan juta laporan surat pemberitahuan (SPT) atas tahun pajak 2020 belum diproses oleh otoritas pajak Amerika Serikat, Internal Revenue Service (IRS). Total ada sekitar 24 juta wajib pajak orang pribadi dan badan di AS yang SPT-nya belum juga diproses.

Akibat backlog SPT yang menggunung dan belum diproses, restitusi yang seharusnya diterima oleh wajib pajak terpaksa tertunda selama 10 bulan atau bahkan lebih.

"Banyaknya pekerjaan tahun lalu yang belum selesai hingga saat ini terjadi karena otoritas pajak kesulitan dalam merekrut dan melatih pegawai baru yang diperlukan untuk mengatasi backlog," ujar 3 pejabat yang tak disebutkan namanya seperti dilansir thehill.com, dikutip Senin (14/2/2022).

Baca Juga:
Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Akibat permasalahan ini, IRS dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan penagihan dan pengenaan sanksi atas ketidakpatuhan wajib pajak.

Seperti yang dilaporkan oleh National Taxpayer Advocate, upah yang diberikan oleh IRS atas pegawai pajak dengan tugas yang berkaitan dengan pemrosesan SPT hanya senilai US$25.000 atau setara dengan Rp359,12 juta per tahun.

Upah tersebut dinilai terlalu rendah dan membuat IRS kesulitan merekrut SDM yang diperlukan. Dari 5.000 lowongan yang tersedia, hanya ada 179 orang yang berminat untuk bekerja di IRS.

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Komisioner IRS Chuck Rettig sebelumnya juga mengatakan otoritas kekurangan dana untuk mempertahankan dan meningkatkan keterampilan pegawai pajak akibat kurangnya anggaran.

Untuk mengatasi backlog SPT, Rettig mengatakan IRS akan mewajibkan kerja lembur bagi sebagian pegawai dan telah membentuk tim khusus untuk mengatasi lonjakan SPT.

Harapannya, SPT dapat segera diproses oleh IRS dan restitusi dapat segera diterima oleh wajib pajak yang berhak, khususnya bagi wajib pajak yang memanfaatkan child tax credit.

"IRS berhasil membuka 2022 dengan memproses 160 juta SPT dengan tepat waktu. Kami bekerja keras untuk memuaskan ekspektasi wajib pajak dan mengucurkan stimulus bagi yang berhak," ujar Rettig. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:00 WIB CORETAX SYSTEM

Nanti Ada Coretax, Masih Perlu Ajukan Sertifikat Elektronik?

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?

Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan