KEBIJAKAN PAJAK

Lakukan Reformasi Perpajakan, Pemerintah Lihat Komposisi Penduduk Ini

Redaksi DDTCNews | Sabtu, 17 Juli 2021 | 11:00 WIB
Lakukan Reformasi Perpajakan, Pemerintah Lihat Komposisi Penduduk Ini

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara saat menjadi keynote speaker dalam National Tax Summit yang digelar PKN STAN, Sabtu (17/7/2021). (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Perkembangan komposisi penduduk Indonesia menjadi salah satu dasar yang digunakan pemerintah dalam melakukan reformasi perpajakan, termasuk melalui perubahan UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Indonesia merupakan proyek yang masih belum selesai untuk mencapai cita-cita dan tujuan dalam UUD 1945. Pembiayaan atas proyek tersebut harus dilanjutkan dengan perubahan cara berdasarkan pada kondisi masyarakat saat ini.

“Pajak itu kita kumpulkan dengan target menuju cita-cita dan tujuan [dalam UUD 1945] dengan terus memperhatikan kondisi masyarakat. Itu dasar kita,” katanya saat menjadi keynote speaker dalam National Tax Summit yang digelar PKN STAN, Sabtu (17/7/2021).

Baca Juga:
Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Suahasil memaparkan pada 2002, porsi kelompok penduduk miskin dan rentan (poor and vulnerable) mencapai 51,8%. Kelompok menengah yang baru (aspiring middle class) mencapai 41,2%. Selanjutnya, kelompok menengah (middle class) dan atas (upper class) mencapai 7%.

Dalam perkembangannya, ada perubahan komposisi penduduk. Pada 2018, porsi poor and vulnerable berkurang menjadi 30%. Kemudian, porsi kelompok poor and vulnerable naik menjadi 47%. Adapun kelompok middle class dan upper class naik signifikan menjadi 22,5%.

Suahasil mengatakan dengan adanya perubahan komposisi penduduk Indonesia idealnya berpengaruh pada penerimaan pajak. Peningkatan kelas menengah penduduk Indonesia berdampak besar pada konsumsi.

Baca Juga:
Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Konsumsi penduduk kelas menengah, sambung Suahasil, mengalami peningkatan cukup tinggi. Hal tersebut menjadi sumber dari penerimaan pajak, terutama pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu, ada pula sumber pajak penghasilan (PPh), terutama orang pribadi.

“Saya ingin Anda memahami konteks besarnya sehingga kalau nanti kita masuk dalam perbincangan mengenai RUU yang sedang didiskusikan, tentang PPN, tentang PPh, dan tentang pajak-pajak lain itu enggak cuma diskusi yang sempit,” imbuh Suahasil.

Dalam acara bertajuk Optimalisasi Kebijakan dan Perluasan Basis Pajak dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Negara tersebut, Suahasil mengatakan pajak tidak hanya menjadi instrumen untuk menambah penerimaan negara.

Baca Juga:
Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Dengan adanya pandemi Covid-19, pajak menjalankan dua fungsi terkait dengan penerimaan dan stimulus ekonomi (insentif). Suahasil menengaskan dalam situasi saat ini, fungsi penerimaan tetap harus dijalankan karena ada kebutuhan pembiayaan belanja negara.

Saat memberikan opening speech, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Andin Hadiyanto mengatakan saat perekonomian terdampak pandemi, penerimaan negara turun. Kondisi ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang rugi dan berkurangnya transaksi jual beli.

Andin mengatakan reformasi perpajakan masih akan terus berlanjut. Apalagi, upaya-upaya peningkatan peneriman pajak akan makin menantang baik dari sisi kebijakan maupun sistem administrasi.

Baca Juga:
Ada Kenaikan Tarif PPN, DJP Tetap Optimalkan Penerimaan Tahun Depan

Menurutnya, kegiatan ekonomi domestik dan global makin kompleks. Kemajuan teknologi makin mengaburkan batas-batas wilayah transaksi perekonomian antarnegara. Selain itu, ada peningkatan jenis-jenis barang dan jasa yang baru.

“Ini menuntut adanya modernisasi aturan perpajakan di tingkat nasional maupun global. Indonesia tentunya akan turut menyikapi tantangan-tantangan itu dan mengubah tantangan menjadi peluang dengan terus melanjutkan reformasi pajak seperti yang sedang kita lakukan saat ini,” jelas Andin.

Sebagai informasi, acara ini menghadirkan beberapa narasumber. Mereka adalah Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, Direktur Peraturan Perpajakan I Ditjen Pajak (DJP) Hestu Yoga Saksama, Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan DJP Inge Diana Rismawati, dan Partner of Tax Research and Training Services DDTC B. Bawono Kristiaji. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

22 Juli 2021 | 08:27 WIB

peningkatan jumlah layer dalam PPh dapat menjadi solusi jawaban sesuai dengan asas keadilan perpajakan karena menjangkau seluruh tingkat penghasilan masyarakat

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:13 WIB KANWIL DJP JAKARTA KHUSUS

Jelang Tutup Tahun, Realisasi Pajak Kanwil Khusus Capai 95% Target

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

BERITA PILIHAN
Jumat, 27 Desember 2024 | 12:30 WIB LAPORAN BELANJA PERPAJAKAN

Masih Ada Fasilitas Kepabeanan Tak Dimanfaatkan, DJBC Beri Penjelasan

Jumat, 27 Desember 2024 | 12:00 WIB PMK 81/2024

Catat! Dokumen WP Badan Era Coretax Diteken Pakai Sertel Pengurus

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 168/2023

Penghitungan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap untuk Masa Pajak Desember

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Analisis Kesebandingan dalam Tahapan Penerapan PKKU

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jamin Stimulus Ekonomi Efektif, Birokrasi Penyaluran Perlu Dipermudah

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Maret 2024: Pemerintah Rilis Ketentuan Baru terkait Akuntansi Koperasi

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Reformasi Berkelanjutan DJBC, Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci

Jumat, 27 Desember 2024 | 09:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tahun Baru, PTKP Baru? Catatan bagi yang Baru Menikah atau Punya Anak

Jumat, 27 Desember 2024 | 09:07 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Coretax Diterapkan 1 Januari 2025, PKP Perlu Ajukan Sertel Baru