THAILAND

Tuai Protes, Thailand Batal Terapkan Pajak 15% Atas Transaksi Kripto

Redaksi DDTCNews | Rabu, 02 Februari 2022 | 17:00 WIB
Tuai Protes, Thailand Batal Terapkan Pajak 15% Atas Transaksi Kripto

Ilustrasi.

BANGKOK, DDTCNews – Pemerintah Thailand mengurungkan rencana untuk menarik pajak sebesar 15% atas transaksi kripto. Langkah ini diambil setelah menuai penolakan dari para pedagang mata uang digital tersebut.

Berdasarkan keterangan Dirjen Pendapatan Kementerian Keuangan Ekniti Nitithanprapas, pemerintah memang sempat berencana menyusun aturan pajak atas transaksi kripto.

“Orang yang memperoleh penghasilan dari perdagangan atau penambangan kripto dapat melaporkan ini sebagai keuntungan modal atas pajak penghasilan mereka,” kata Nitithanprapas dikutip, Rabu (2/2/2022).

Baca Juga:
Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Setelah panen protes, pemerintah Thailand menyimpulkan pajak atas transaksi kripto dapat mematikan ekosistem perdagangan. Apalagi perdagangan kripto, terutama bitcoin, telah berkembang pesat di Thailand selama pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Upbid sekaligus Ketua Umum Asosiasi Perdagangan Operator Aset Digital Thailand Pete Peeradej Tanruangporn menyambut baik pengumuman dari pemerintah setempat.

“Ini lebih ramah bagi investor dan industri. Departemen Pendapatan melakukan banyak pekerjaan rumah dan menjangkau operator kripto juga untuk mendengarkan masukan,” kata Tanruangporn.

Baca Juga:
Malaysia Berencana Kenakan Pajak atas Dividen sebesar 2 Persen

Adapun Bank of Thailand (BoT), Securities and Exchange Commission (SEC) Thailand, dan Kementerian Keuangan Thailand tengah menyusun aturan penggunaan aset digital sebagai alat pembayaran barang dan jasa.

Sebab, penggunaan aset digital dapat menimbulkan risiko bagi konsumen dan iklim bisnis. Misalnya risiko volatilitas harga, kejahatan siber, kebocoran data pribadi, pencucian uang, dan lain sebagainya.

Untuk itu, BoT dan lembaga keuangan terkait masih mempertimbangkan untuk mengizinkan operator aset digital beroperasi dengan syarat tertentu. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:00 WIB PERATURAN BAPPEBTI 9/2024

Ada Aturan Baru, Exchanger Kripto Harus Punya Hak Akses NIK Dukcapil

Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB HONG KONG

Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN