Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Indeks harga konsumen (IHK) pada Agustus 2020 kembali mengalami penurunan atau deflasi sebesar 0,05%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan deflasi pada September 2020 merupakan deflasi yang ketiga kalinya secara berturut-turut sejak Juli 2020. Tren ini pertama kali terjadi sejak 1999.
"Pada waktu itu deflasi pada Maret sampai September. Pada 1999 itu, terjadi deflasi berturut-turut selama 7 bulan," katanya melalui konferensi video, Kamis (1/10/2020).
Suhariyanto menjelaskan deflasi pada September 2020 yang sebesar 0,05% juga sama persis dengan kondisi Agustus 2020. Sementara pada Juli 2020, terjadi deflasi 0,10%. Sejauh ini, inflasi tahun berjalan tercatat sebesar 0,89% dan inflasi secara tahunan mencapai 1,42%.
Berdasarkan pengeluaran, ada 4 kelompok yang mengalami deflasi pada September 2020, yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau deflasi 0,37%, kelompok pakaian dan alas kaki 0,01%, kelompok transportasi 0,33%, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,01%.
Namun, ada kelompok pengeluaran yang yang mengalami inflasi. Adapun inflasi paling tinggi terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,62% serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,25%.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan kinerja deflasi 0,37%, memberikan andil terhadap deflasi 0,09%. Menurut Suhariyanto, deflasi itu disebabkan penurunan harga daging dan telur ayam ras di sejumlah daerah di Indonesia, masing-masing 0,04%.
Penurunan harga juga terjadi pada bawang merah dan beberapa sayuran seperti tomat dan cabai rawit. Sementara komoditas yang justru mengalami inflasi yakni minyak goreng 0,02% dan bawang putih 0,01%.
Kelompok transportasi dengan torehan deflasi 0,33%, memberikan andil terhadap deflasi minus 0,04%. Hal ini utamanya disebabkan penurunan tarif angkutan udara yang memberikan andil kepada deflasi 0,04%.
Dari 90 kota yang disurvei BPS, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83% dan terendah terjadi di Bukittinggi, Jember, dan Singkawang masing-masing sebesar 0,01%. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,00% dan terendah terjadi di Pekanbaru dan Pontianak masing-masing sebesar 0,01%.
Berdasarkan komponennya, komponen inti pada September 2020 mengalami inflasi sebesar 0,13%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender sebesar 1,46% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun 1,86%.
Suhariyanto menyebut inflasi inti tahun ke tahun yang sebesar 1,86% tersebut merupakan yang terendah sejak BPS dan Bank Indonesia menghitung inflasi inti pada 2004
"Inflasi inti yang rendah itu menunjukkan daya beli kita masih sangat-sangat lemah. Itu yang perlu diwaspadai dari Juli hingga September, artinya kuartal III/2020 daya beli masih lemah," ujarnya.
Sementara itu, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen yang harganya bergejolak mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,19% dan 0,60%. Pada September 2020, komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen yang harganya bergejolak memberikan andil/sumbangan deflasi masing-masing sebesar 0,03% dan 0,10%. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.