Ilustrasi. Warga berbelanja berbagai kebutuhan di lokasi pasar murah di Lapangan Tangkasi di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/3/2021). Pasar murah yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah bekerja sama dengan sejumlah BUMN, distributor serta toko retail modern itu bertujuan untuk membantu masyarakat mendapatkan produk dengan harga lebih murah serta diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.
JAKARTA, DDTCNews – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berpendapat pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan berbagai risiko global yang berpotensi menghambat proses pemulihan ekonomi nasional.
Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Hipmi Ajib Hamdani menilai risiko eksternal yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai menghadiri WEF 2021 tidak akan banyak memengaruhi ekonomi domestik.
Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dua modal yang kuat untuk menjawab tantangan yang datang dari luar negeri. Adapun risiko yang dimaksud menkeu di antaranya risiko asset bubble, volatilitas harga komoditas, risiko gagal bayar utang, dan masalah geopolitik.
"Pemerintah tidak perlu terlalu mengkhawatirkan keadaan yang ada," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (16/3/2021).
Ajib memaparkan modal pertama yang dimiliki pemerintah adalah ekonomi yang ditopang oleh 270 juta orang. Dia menyatakan permintaan domestik dan sumber daya yang tersedia harus dioptimalkan guna menjawab tantangan dalam memulihkan ekonomi nasional.
Modal kedua, adanya perombakan regulasi yang sudah dilakukan pemerintah sejak tahun lalu. Aturan yang direvisi dari sisi kebijakan fiskal dan moneter merupakan upaya membangkitkan perekonomian nasional dari dampak pandemi Covid-19.
"Dengan sumber yang berlimpah dan fleksibilitas ruang regulasi yang dipunyai, pemerintah seharusnya selanjutnya menumbuhkan optimisme menuju percepatan dan pemulihan ekonomi nasional," tutur Ajib.
Dia menuturkan target pertumbuhan ekonomi 4,5%—5,5% merupakan target yang menantang untuk dicapai tahun ini. Namun, target tersebut masih dalam jangkauan dengan pengendalian pandemi yang konsisten untuk makin menekan penyebaran virus di masyarakat.
"Target itu menantang buat pemerintah dan seluruh pelaku ekonomi. Namun, kondisi pandemi yang sudah cenderung melandai, vaksinasi yang terus diakselerasi, selanjutnya dibutuhkan optimisme serta langkah nyata dari semua stakeholders," ujarnya. (rig)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.