Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) memproyeksi kinerja perdagangan akan tertekan pada tahun ini. Perlambatan ekonomi global menjadi faktor utama yang menghambat kinerja ekspor nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan untuk menangani neraca perdagangan yang cenderung defisit membutuhkan usaha ekstra. Faktor eksternal, disebutnya, tidak bersahabat untuk ekspansi ekspor Indonesia.
“Masalah global lebih terasa di jalur perdagangan. Itu membuat kita harus extra effort,” katanya di Kantor BI, Kamis (21/2/2019).
Perlambatan ekonomi di pasar ekspor utama Indonesia berdampak pada kinerja pengapalan ke luar negeri. Ekonomi Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa yang cenderung melandai menjadi tantangan tersendiri karena secara tradisional merupakan basis pasar produk-produk Indonesia. Selain itu, ada penurunan harga komoditas.
Di sisi lain, lain ceritanya dengan sektor keuangan. Gejolak pada tahun lalu karena efek normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) akan cenderung mereda pada 2019. Dengan demikian, ruang penguatan nilai tukar rupiah terbuka cukup lebar. Hal ini sudah terasa sejal akhir 2018 dan awal 2019.
“Pergerakan nilai tukar akan stabil, meski sekarang masih undervalued. Faktor aliran modal asing yang meningkat, tingkat bunga The Fed yang lebih rendah, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, dan fundamental ekonomi yang mendukung ke arah sana [penguatan rupiah],” jelas Perry.
Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 akan bergerak moderat dalam rentang 5%-5,4%. Proyeksi ini, dalam penilaian otoritas moneter, menunjukkan adanya kelanjutan tren positif yang terjadi di kuartal IV/2018. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.