PENERIMAAN PAJAK

Setoran PPN Turun, Sri Mulyani Sebut Konsumsi Masyarakat Tetap Positif

Dian Kurniati | Kamis, 27 Juni 2024 | 16:00 WIB
Setoran PPN Turun, Sri Mulyani Sebut Konsumsi Masyarakat Tetap Positif

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU

JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memandang aktivitas konsumsi masyarakat masih positif, meskipun penerimaan neto dari PPN dan PPnBM mengalami kontraksi ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Sri Mulyani mengatakan realisasi penerimaan PPN dan PPnBM hingga Mei 2024 mencapai Rp282,34 triliun atau 34,8% dari target. Penerimaan ini secara bruto masih tumbuh 5,72%. Namun, secara neto, penerimaan PPN dan PPnBM terkontraksi 20,7%.

"Kegiatan ekonomi yang ditunjukkan, terkonfirmasi bahwa kegiatan ini terlihat dari belanja sehingga berkontribusi terhadap penerimaan PPN dan PPnBM," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (27/6/2024).

Baca Juga:
Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Sri Mulyani menuturkan penerimaan PPN dalam negeri secara bruto masih tumbuh 9,1%. Kinerja ini melambat dari periode yang sama tahun lalu dengan pertumbuhan 23,7%. Menurutnya, pertumbuhan penerimaan PPN dalam negeri ini menunjukkan resiliensi tingkat konsumsi domestik.

Namun, penerimaan PPN dalam negeri secara neto mengalami penurunan, yaitu sebesar 9,1%. Pada periode yang sama tahun lalu, penerimaan PPN dalam negeri secara neto tumbuh 32,5%.

Dia menjelaskan kontraksi PPN dalam negeri secara neto terjadi karena peningkatan restitusi pada sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan. PPN dalam negeri memiliki kontribusi sebesar 21,9%, terbesar di antara jenis pajak lainnya.

Baca Juga:
Aturan Permintaan Suket Hal yang Jadi Dasar Surat Keputusan Keberatan

"Walaupun secara bruto berarti aktivitas dari kegiatan ekonominya sebetulnya meningkat, tetapi penerimaan pajak kita turun disebabkan restitusi yang mengalami kenaikan sangat tinggi," ujar Sri Mulyani.

Di sisi lain, menteri keuangan menyebut PPN impor juga mengalami kontraksi sebesar 0,1%, baik secara bruto maupun neto. Pada periode yang sama tahun lalu, penerimaan PPN impor masih tumbuh 4,4% secara bruto dan neto. Adapun PPN impor menyumbang 13,7% terhadap penerimaan pajak.

Hingga akhir Mei 2024, realisasi total penerimaan pajak senilai Rp760,38 triliun atau setara 38,23% dari target senilai Rp1.989 triliun. Penerimaan pajak ini masih mengalami kontraksi sebesar 8,4% secara tahunan. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China