KEBIJAKAN PAJAK

Realisasi Insentif Pajak 'Permanen' UU HPP Ini Sampai Rp1,2 Triliun

Muhamad Wildan | Rabu, 05 Oktober 2022 | 11:30 WIB
Realisasi Insentif Pajak 'Permanen' UU HPP Ini Sampai Rp1,2 Triliun

Gedung Ditjen Pajak. (foto: Kemenkeu)

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) mencatat terdapat penerimaan pajak senilai Rp1,21 triliun yang tidak terpungut pada tahun ini karena adanya perubahan lapisan penghasilan kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi.

Dirjen Pajak Suryo Utomo mengatakan perubahan lapisan penghasilan kena pajak telah berlaku sejak tahun ini sesuai dengan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Menurutnya, perubahan aturan tersebut berdampak terhadap penerimaan.

"Untuk nilai insentif yang dipermanenkan lewat UU HPP, perubahan lapisan penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi ini sampai Rp1,21 triliun," katanya, dikutip pada Rabu (5/10/2022).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Seperti diketahui, UU HPP memperlebar lapisan penghasilan kena pajak yang dikenai tarif PPh orang pribadi sebesar 5%. Melalui UU HPP, tarif PPh orang pribadi sebesar 5% dikenakan atas penghasilan kena pajak sampai dengan Rp60 juta.

Sebelum UU HPP berlaku, tarif PPh orang pribadi sebesar 5% dikenakan atas penghasilan kena pajak hingga Rp50 juta. Perubahan tersebut menurunkan beban pajak yang ditanggung oleh wajib pajak orang pribadi, utamanya wajib pajak orang pribadi karyawan.

Selain mengubah struktur lapisan penghasilan kena pajak, UU HPP juga memberikan fasilitas omzet tidak kena pajak senilai Rp500 juta bagi wajib pajak orang pribadi yang menunaikan kewajiban pajaknya menggunakan skema PPh final UMKM PP 23/2018.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Dengan fasilitas tersebut, wajib pajak orang pribadi UMKM baru membayar PPh final UMKM jika omzet tahunannya melampaui Rp500 juta.

Bila omzet wajib pajak orang pribadi UMKM tidak mencapai Rp500 juta maka wajib pajak tersebut tak perlu membayar pajak. Perlu diingat, fasilitas omzet tidak kena pajak ini tidak bisa dimanfaatkan oleh wajib pajak badan.

Namun, nilai pajak yang tidak dipungut akibat fasilitas tersebut belum diketahui. Dampak fasilitas omzet tidak kena pajak senilai Rp500 juta terhadap penerimaan baru bisa diketahui setelah wajib pajak orang pribadi menyampaikan SPT Tahunan 2022 pada tahun depan. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja