PEREKONOMIAN INDONESIA

Prospek 2019 Diramal Kurang Menggembirakan

Redaksi DDTCNews | Senin, 29 Oktober 2018 | 14:36 WIB
Prospek 2019 Diramal Kurang Menggembirakan

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Prospek ekonomi pada 2019 diproyeksi kurang menggembirakan. Sejumlah faktor berisiko mengerem laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Adrian Panggabean, Chief Economist PT Bank CIMB Niaga mengatakan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan akan melambat dibandingkan posisi 2018. Perekonomian pada tahun terakhir Kabinet Kerja diproyeksi tidak tembus 5%.

“Untuk 2019, outlook situasinya tidak lebih baik dari 2018. Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 4,9%,” katanya dalam Outlook Pasar dan Ekonomi, Senin (29/10/2018).

Baca Juga:
Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Prospek yang tidak terlalu bagus itu, sambung Adrian, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Ketidakpastian situasi ekonomi global masih menjadi faktor eksternal yang dominan menekan laju produk domestik bruto (PDB).

Penyesuaian kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus menekan nilai tukar rupiah di tahun depan. Dengan demikian, nilai tukar rupiah diproyeksi akan bergerak moderat di sekitar Rp15.000 per dolar AS.

Dari sisi internal, konsumsi rumah tangga, yang selama ini masih menjadi penopang PDB, akan ikut tertekan. Laju konsumsi akan bergerak di bawah 5%, dengan proyeksi satu tahun 4,93%. Penurunan ini yang kemudian juga akan menggerus penerimaan negara dari sektor pajak.

Baca Juga:
Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

"Kalau pertumbuhan nominal di tambah inflasi turun maka keinginan pemerintah untuk generate tax revenue akan turun,” ungkapnya.

Beberapa faktor ini menggambarkan ketidakpastian belum akan mereda dalam waktu dekat. Bila negara ekonomi besar seperti AS konsisten melakukan normalisasi kebijakan moneter – dengan menaikkan tingkat suku bunga –, maka akan ada tekanan besar pada mata uang negara Asia Pasifik.

“Jadi kalau dilihat, kita akan hadapi volatilitas [nilai tukar rupiah] cukup besar pada 2019. Pertumbuhan ekonomi juga akan lebih lemah,” tegas Adrian.

Dalam postur sementara RAPBN 2019, asumsi pertumbuhan ekonomi dipatok 5,3%, lebih rendah dari asumsi dalam APBN 2018 sebesar 5,4%. Sementara, nilai tukar rupiah disepakati di level Rp15.000 per dolar AS, melemah sangat dalam dari asumsi tahun ini Rp13.400 per dolar AS. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Konsumsi Kelas Menengah Stabil, Ekonomi Diprediksi Tumbuh di Atas 5%

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:01 WIB KURS PAJAK 16 OKTOBER 2024 - 22 OKTOBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS

Rabu, 16 Oktober 2024 | 10:00 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Senin, 14 Oktober 2024 | 08:37 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Tersisa 1% NPWP Belum Padan dengan NIK, DJP Instruksikan Ini ke WP

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN