Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Prospek ekonomi pada 2019 diproyeksi kurang menggembirakan. Sejumlah faktor berisiko mengerem laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Adrian Panggabean, Chief Economist PT Bank CIMB Niaga mengatakan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan akan melambat dibandingkan posisi 2018. Perekonomian pada tahun terakhir Kabinet Kerja diproyeksi tidak tembus 5%.
“Untuk 2019, outlook situasinya tidak lebih baik dari 2018. Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 4,9%,” katanya dalam Outlook Pasar dan Ekonomi, Senin (29/10/2018).
Prospek yang tidak terlalu bagus itu, sambung Adrian, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Ketidakpastian situasi ekonomi global masih menjadi faktor eksternal yang dominan menekan laju produk domestik bruto (PDB).
Penyesuaian kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus menekan nilai tukar rupiah di tahun depan. Dengan demikian, nilai tukar rupiah diproyeksi akan bergerak moderat di sekitar Rp15.000 per dolar AS.
Dari sisi internal, konsumsi rumah tangga, yang selama ini masih menjadi penopang PDB, akan ikut tertekan. Laju konsumsi akan bergerak di bawah 5%, dengan proyeksi satu tahun 4,93%. Penurunan ini yang kemudian juga akan menggerus penerimaan negara dari sektor pajak.
"Kalau pertumbuhan nominal di tambah inflasi turun maka keinginan pemerintah untuk generate tax revenue akan turun,” ungkapnya.
Beberapa faktor ini menggambarkan ketidakpastian belum akan mereda dalam waktu dekat. Bila negara ekonomi besar seperti AS konsisten melakukan normalisasi kebijakan moneter – dengan menaikkan tingkat suku bunga –, maka akan ada tekanan besar pada mata uang negara Asia Pasifik.
“Jadi kalau dilihat, kita akan hadapi volatilitas [nilai tukar rupiah] cukup besar pada 2019. Pertumbuhan ekonomi juga akan lebih lemah,” tegas Adrian.
Dalam postur sementara RAPBN 2019, asumsi pertumbuhan ekonomi dipatok 5,3%, lebih rendah dari asumsi dalam APBN 2018 sebesar 5,4%. Sementara, nilai tukar rupiah disepakati di level Rp15.000 per dolar AS, melemah sangat dalam dari asumsi tahun ini Rp13.400 per dolar AS. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.